Friday, October 12, 2012

Teori Freud dan Erickson


TEORI PSIKOANALISA FREUD DAN ERIKSON

PSIKOANALISA FREUD DAN ERIKSON
Berupaya menjelaskan hakekat dan perkembangan kepribadian. Unsur-unsur yang sangat diutamakan dalam teori ini adalah motivasi, emosi dan aspek-aspek internal lainnya. Teori ini mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang ketika terjadi konflik-konflik dari aspek-aspek psikologis tersebut, yang umumnya terjadi selama masa kanak-kanak dini. Teoritisi Psikodinamik percaya bahwa perkembangan merupakan suatu proses aktif dan dinamis yang sangat dipengaruhi oleh dorongan-dorongan atau impuls-impuls individual yang dibawa sejak lahir serta pengalaman-pengalaman social dan emosional mereka. Teori psikodinamik dalam psikologi perkembangan banyak dipengaruhi Sigmund Freud dan Erik Erikson.
Sigmund Freud (1856-1939) merupakan pelopor teori psikodinamika. Teori yang dikemukakan Freud berfokus pada masalah alam bawah sadar, sebagai salah satu aspek kepribadian seseorang. Penekanan Freud pada alam bawah sadar berasal dari pelacakannya terhadap pengalaman-pengalam pribadi para pasiennya, dimana ditemukan bahwa peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi kehidupan pasien dimasa selanjutnya. Impresinya terhadap pentingnya periode awal kehidupan manusia, yang informasinya kemudian tertanam dalam alam bawah sadar, meyakinkannya bahwa informasi dalam alam bawah sadar itu sangat penting, karena dari situlah muncul berbagai gangguan emosi.
Frued yakin bahwa kepribadian manusia memiliki 3 struktur penting yaitu :
  • Id merupakan struktur kepribadian yang asli, yang berisi segala sesuatu yang secara psikologis telah ada sejak lahir, termasuk insting-insting. Id merupakan gudang energi psikis dan menyediakan seluruh daya untuk menggerakan kedua struktur kepribadian lainnya.
  • Ego adalah struktur kepribadian yang berurusan dengan tuntutan realitas. Ego disebut sebagai badan pelaksana kepribadian, karena ego membuat keputusan-keputusan rasional.
  • Superego adalah struktur kepribadian yang merupakan badan moral kepribadian. Perhatian utamanya adalah memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah, sehingga ia dapat bertindak sesuai dengan norma-norma moral yang diakui oleh masyarakat.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa id, ego, dan superego adalah suatu konsep yang dikembangkan Freud untuk menjelaskan komponen-komponen perkembangan biologis (id), psikologis (ego), dan social (superego). Ketiga komponen kepribadian ini berkembang melalui tahap-tahap perkembangan psikoseksual. Freud menggunakan istilah-istilah “seksual” untuk segala tindakan dan pikiran yang memberi kenikmatan atau kepuasan, dan istilah “psikoseksual” digunakan untuk menunjukkan bahwa proses perkembangan psikologis ditandai dengan adanya libido (energi seksual) yang dipusatkan pada daerah-daerah tubuh tertentu yang berbeda-beda. Freud yakin bahwa perkembangan manusia melewati 5 tahap perkembangan psikoseksual dan bahwa setiap tahap perkembangan tersebut individu mengalami kenikmatan pada satu bagian tubuh lebih daripada bagian tubuh lainnya.
TAHAP
USIA
CIRI-CIRI PERKEMBANGAN
oral
0-1
Bayi merasakan kenikmatan pada daerah mulut. Mengunyah, menggigit dan menghisap adalah sumber utama kenikmatan.

Anal

1-3
Kenikmatan terbesar anak terdapat disekitar daerah lubang anus. Rangsangan pada daerah lubang anus ini berkaitan erat dengan kegiatan buang air besar.

Phallic

3-6
Kenikmatan berfokus pada alat kelamin, ketika anak menemukan bahwa manipulasi diri dapat memberi kenikmatan. Anak mulai menaruh perhatian pada perbedaan-perbedaan anatomic antara lak-laki dan perempuan, terhadap asal-usul bayi dan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan seks.

Latency

6-12
Anak menekan semua minat terhadap seks dan mengembangkan ketrampilan social dan intelektual. Kegiatan ini menyalurkan banyak energi anak kedalam bidang-bidang yang amn secara emosional dan menolong anak melupakan konflik pada tahap phalic yang sangat menekan.

Genital

12-dewasa
Dorongan-dorongan seks yang ada pada masa phallic kembali berkembang, setelah berada pada keadaan tenang selama masa latency. Kematangan fisiologis ketika anak memasuki masa remaja, mempengaruhi timbulnya daerah-daerah erogen pada alat kelamin sebagai sumber kenikmatan
Teori Psikososial Erikson
Psikososial dalam kaitannya dengan perkembangan manusia berarti bahwa tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir sampai mati dibentuk oleh pengaruh-pengaruh social yang berinteraksi dengan individu yang menjadi matang secara fisik dan psikologis. Menurut teori psikososial Erikson, perkembangan manusia dibedakan berdasarkan kualitas ego dalam 8 tahap perkembangan. 4 tahap pertama terjadi pada masa bayi dan masa kanak-kanak, tahap ke 5 pada masa adolesen, dan 3 tahap terakhir pada masa dewasa dan usia tua.
8 tahap perkembangan psikososial Erikson :
1. Trust versus Mistrust
Pada tahap ini bayi mengalami konflik antara percaya dan tidak percaya. Rasa percaya menuntut perasaan nyaman secara fisik. Pada saat itu, hubungan bayi dengan ibu menjadi sangat penting. Kalu ibu memberi bayi makan, memeluk dan mengajaknya bicara, maka bayi akan memperoleh kesan bahwa lingkungannya dapat menerima kehadirannya secara hangat dan bersahabat. Ini yang menjadi landasan rasa percaya. Sebaliknya, jika ibu tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi, maka dalam diri bayi akan timbul rasa ketidakpercayaan terhadap lingkungannya.
2. Autonomy versus Shame and Doubt
Berlangsung pada akhir masa bayi dan masa mulai berjalan. Setelah memperoleh kepercayaan, bayi mulai menemukan bahwa perilaku mereka adalah milik mereka sendiri. Mereka mulai menyatakan rasa mandiri atau otonomi mereka. Mereka menyadari kemauan mereka. Pada tahap ini bila orang tua selalu memberikan dorongan kepada anak agar dapat berdiri diatas kaki mereka sendiri, sambil melatih kemampuan mereka, maka anak akan mampu mengembangkan pengendalian atas otot, dorongan, lingkungan dan diri sendiri. Sebaliknya, jika orang tua cenderung menuntut terlalu banyak atau terlalu membatasi anak untuk menyelidiki lingkungannya, maka anak akan mengalami rasa malu dan ragu-ragu.
3. Initiative versus Guilt
Berlangsung pada tahun-tahun pra sekolah. Anak terlihatsangat aktif, suka berlari, berkelahi, memanjat dan suka menantang lingkungannya. Dengan menggunakan bahasa, fantasi dan permainan khayalan, dia memperoleh perasaan harga diri. Bila orangtua berusaha memahami, menjawab pertanyaan anak, dan menerima keaktifan anak dalam bermain, maka anak akan belajar untuk mendekati apa yang diinginkan, dan perasaan inisiatif menjadi semakin kuat. Sebaliknya bila orangtua kurang memahami, kurang sabar, suka memberi hukuman dan menganggap bahwa pengajuan pertanyaan, bermain dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan anak tidak bermanfaat, maka anak akan merasa bersalah dan menjadi enggan untuk mengambil inisiatif untuk mendekati apa yang diinginkannya.
4. Industry versus Inferiority
Berlangsung kira-kira pada saat sekolah dasar. Anak mulai memasuki dunia yang baru, yaitu sekolah dengan segala aturan dan tujuan. Anak mulai mengarahkan energi mereka menuju penguasaan pengetahuan dan ketrampilan intelektual. Alat-alat permainan dan kegiatan bermain berangsur-angsur digantikan oleh perhatian pada situasi produktif serta alat-alat yang dipakai untuk bekerja. Akan tetapi, bila anak tidak berhasil menguasai ketrampilan dan tugas-tugas yang dipilihnya atau yang diberikan oleh guru dan orangtuanya, maka anak akan mengembangkan perasaan rendah diri.
5. Identity versus Identity Confusion
Tahap yang berlangsung selama masa remaja. Pada tahap ini, anak dihadapkan dengan pencarian jati diri. Ia mulai merasakan suatu perasaan tentang identitasnya sendiri, perasaan bahwa ia adalah individu unik yang siap memasuki suatu peran yang berarti di tengah masyarakat, baik peran yang bersifat menyesuaikan diri maupun yang bersifat memperbaharui. Tetapi, karena peralihan yang sulit dari masa kanak-kanak ke masa dewasa di satu pihak dank arena kepekaan terhadap perubahan social dan histories di pihak lain, maka anak akan mengalami krisis identitas. Bila krisis ini tidak segera diatasi, maka anak akan mengalami kebingungan peran atau kekacauan identitas, yang dapat menyebabkan anak merasa terisolasi, cemas, hampa dan bimbang.
6. Intimacy versus Isolation
Tahap ini berlangsung selama tahun-tahun awal masa dewasa. Tugas perkembangan individu pada masa ini adalah membentuk relasi intim dengan orang lain. Menurut Erikson, keintiman tersebut biasanya menuntut perkembangan seksual yang mengarah pada hubungan seksual dengan lawan jenis yang dicintai. Bahaya dari tidak tercapainya keintiman selama tahap ini adalah isolasi, yakni kecenderungan menghindari hubungan secara intim dengan orang lain, kecuali dalam lingkup yang amat terbatas.
7. Generativity versus Stagnation
Tahap yang dialami individu selama pertengahan masa dewasa. Ciri utama tahap generativitas adalah perhatian terhadap apa yang dihasilkan (keturunan, produk, ide, dsb) serta pembentukan dan penetapan garis-garis pedoman untuk generasi mendatang. Kepedulian seseorang terhadap pengembangan generasi muda inilah yang diistilahkan oleh Erikson dengan “generativitas”. Apabila generativitas ini lemah atau tidak diungkapkan, maka kepribadain akan mundur, mengalami pemiskinan dan stagnasi.
8. Integrity versus Despair
Tahap ini berlangsung selama akhir masa dewasa. Integritas terjadi ketika seseorang pada tahun-tahun terakhir kehidupannya menoleh kebelakang dan mengevaluasi apa yang telah dilakukan dalam hidupnya selama ini, menerima dan menyesuaikan diri dengan keberhasilan dan kegagalan yang dialaminya, merasaaman dan tentram, serta menikmati hidup sebagai yang berharga dan layak. Akan tetapi, bagi orang tua yang dihantui oleh perasaan bahwa hidupnya selama ini sama sekali tidak mempunyai makna ataupun memberikan kepuasan pada dirinya, maka ia akan merasa putus asa.


Perbedaan Psikoanalisa Sigmund Freud Dan Erikson

Psikoanalisa Freud
Freud mempelajari perkembangan kepribadian dan berpendapat bahwa tujuan dari perkembangan adalah terbentuknya kepribadian dewasa yang matang, bebas dari anxiety (kecemasan) yang tidak sadar dan mampu mengadakan hubungan yang sehat dengan manusia lain.
Menurut Freud, struktur kepribadian terdiri dari id, ego dan super ego. Dorongan dasar yang paling penting pada manusia; dorongan seks (libido) –>Eros–>life instinc- dan agresi–>Tanathos–>Death instinc, yang juga merupakan sumber dari tingkah laku, perasaan, dan fikiran.Taraf kepribadian yang terendah adalah id, yang merupakan kumpulan dorongan yang bersifat biologis, instingtif dan primitif. Id bekerja berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure principle) yang menuntut pemuasan segera.Dengan makin bertambahnya ego, maka dengan fungsi ego anak bisa membedakan antara dorongan-dorongan di dalam dirinya dengan kenyataan. Ia mulai dapat menyesuaikan diri pada tuntutan kenyataan. Realitas menuntut adanya peraturan dan peraturan menuntut adanya pengendalian terhadap rangsangan-rangsangan dan keinginan-keinginan.Pada taraf ego ini, yang bekerja adalah reality principle. Dengan prinsip ini anak dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial dan kebudayaan.Super ego mulai berkembang pada umur 4-6 tahun, karena pada usia ini anak sudah bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial (bersosialisasi). Bila ego merupakan aspek eksekutif dari kepribadian yang menengahi tuntutan id dengan kenyataan, maka super ego merupakan aspek legislatif dan yudikatif.Super ego/kata hati merupakan larangan-larangan dan sangsi-sangsi terhadap pemuasan langsung dari dorongan-dorongan. Super ego terbentuk secara tidak sadar melalui pengalaman masa kecil terutama dari hasil pendidikan orang tua. Super ego memberi kritik terhadap pikiran dan tindakan ego dan akan menimbulkan perasaan guilty dan anxiety (takut dan cemas) bila super ego dilanggar. Fungsi dari ego mengadakan kompromi antara id dan super ego dan antara keduanya dengan tuntutan dunia luar. Penyesuaian diri tergantung pada kekuatan ego dan super ego serta pada pengalaman-pengalaman yang dialami oleh anak selama fase perkembangan.
Fase Perkembangan Freud
Fase Oral
Pada tahun pertama kehidupan atau (0-1 tahun), kegiatan terutama dilakukan di sekitar mulut yang merupakan sumber kenikmatan bagi bayi.
Fase Anal
Pada tahun kedua, sekitar umur (1-3 tahun) berpindah dari mulut ke daerah anal. Pada fase inilah anak-anak diberi latihan soal-soal kebersihan —> toilet training
Fase Phalik
Berlangsung pada usia 3-5 tahun. Sumber kenikmatan berpindah ke daerah genital. Pada fase ini sering terjadi oedipus compleks, di mana anak merasa lebih sayang pada orang tua yang tidak sejenis dan benci pada orang tua yang sejenis. Tetapi perasaan ini menimbulkan rasa anxiety pada anak. Di mana pada anak laki-laki timbul kastrasi anxiety pada anak perempuan takut dihukum oleh ibunya.
Fase Latent
Setelah melalui fase phalic yang penuh gejolak, anak memasuki fase latent pada umur 5-12 tahun, yang secara relatif tenang akan berlangsung sampai masa adolesence. Pada masa ini tidak ada perkembangan baru dalam seksualitas tetapi diisi dengan perkembangan intelektual yang pesat dan kecakapan sosial
Fase Genital
Merupakan akhir dari perkembangan psikoseksual, berlangsung pada umur 12 tahun keatas. Pada masa ini dorongan seksual mulai berkembang ke arah sikap dan perasaan seksual yang dewasa.
Psikoanalisa Erikson
Erikson dalam membentuk teorinya secara baik, sangat berkaitan erat dengan kehidupan pribadinya dalam hal ini mengenai pertumbuhan egonya. Erikson berpendapat bahwa pandangan-pandangannya sesuai dengan ajaran dasar psikoanalisis yang diletakkan oleh Freud. Jadi dapat dikatakan bahwa Erikson adalah seorang post-freudian atau neofreudian. Akan tetapi, teori Erikson lebih tertuju pada masyarakat dan kebudayaan. Hal ini terjadi karena dia adalah seorang ilmuwan yang punya ketertarikan terhadap antropologis yang sangat besar, bahkan dia sering meminggirkan masalah insting dan alam bawah sadar. Oleh sebab itu, maka di satu pihak ia menerima konsep struktur mental Freud, dan di lain pihak menambahkan dimensi sosial-psikologis pada konsep dinamika dan perkembangan kepribadian yang diajukan oleh Freud. Bagi Erikson, dinamika kepribadian selalu diwujudkan sebagai hasil interaksi antara kebutuhan dasar biologis dan pengungkapannya sebagai tindakan-tindakan sosial. Tampak dengan jelas bahwa yang dimaksudkan dengan psikososial apabila istilah ini dipakai dalam kaitannya dengan perkembangan. Secara khusus hal ini berarti bahwa tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir sampai dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi dengan suatu organisme yang menjadi matang secara fisik dan psikologis. Sedangkan konsep perkembangan yang diajukan dalam teori psikoseksual yang menyangkut tiga tahap yaitu oral, anal, dan genital, diperluasnya menjadi delapan tahap sedemikian rupa sehingga dimasukkannya cara-cara dalam mana hubungan sosial individu terbentuk dan sekaligus dibentuk oleh perjuangan-perjuangan insting pada setiap tahapnya.
Pusat dari teori Erikson mengenai perkembangan ego ialah sebuah asumpsi mengenai perkembangan setiap manusia yang merupakan suatu tahap yang telah ditetapkan secara universal dalam kehidupan setiap manusia. Proses yang terjadi dalam setiap tahap yang telah disusun sangat berpengaruh terhadap “Epigenetic Principle” yang sudah dewasa/matang. Dengan kata lain, Erikson mengemukakan persepsinya pada saat itu bahwa pertumbuhan berjalan berdasarkan prinsip epigenetic
Fase Perkembangan Erikson
Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs Kecurigaan)
Tahap ini berlangsung pada masa oral, kira-kira terjadi pada umur 0-1 atau 1 ½ tahun. Tugas yang harus dijalani pada tahap ini adalah menumbuhkan dan mengembangkan kepercayaan tanpa harus menekan kemampuan untuk hadirnya suatu ketidakpercayaan. dan merasa terancam terus menerus. Hal ini ditandai dengan munculnya frustasi, marah, sinis, maupun depresi.
Otonomi vs Perasaan Malu dan Ragu-ragu
Pada tahap kedua adalah tahap anus-otot (anal-mascular stages), masa ini biasanya disebut masa balita yang berlangsung mulai dari usia 18 bulan sampai 3 atau 4 tahun. Tugas yang harus diselesaikan pada masa ini adalah kemandirian (otonomi) sekaligus dapat memperkecil perasaan malu dan ragu-ragu.
Inisiatif vs Kesalahan
Tahap ketiga adalah tahap kelamin-lokomotor (genital-locomotor stage) atau yang biasa disebut tahap bermain. Tahap ini pada suatu periode tertentu saat anak menginjak usia 3 sampai 5 atau 6 tahun (pra sekolah), dan tugas yang harus diemban seorang anak pada masa ini ialah untuk belajar punya gagasan (inisiatif) tanpa banyak terlalu melakukan kesalahan..
Kerajinan vs Inferioritas
Tahap keempat adalah tahap laten yang terjadi pada usia sekolah dasar antara umur 6 sampai 12 tahun. Salah satu tugas yang diperlukan dalam tahap ini ialah adalah dengan mengembangkan kemampuan bekerja keras dan menghindari perasaan rasa rendah diri.
Identitas vs Kekacauan Identitas
Tahap kelima merupakan tahap adolesen (remaja), yang dimulai pada saat masa puber dan berakhir pada usia 18 atau 20 tahun. Pencapaian identitas pribadi dan menghindari peran ganda merupakan bagian dari tugas yang harus dilakukan dalam tahap ini. Menurut Erikson masa ini merupakan masa yang mempunyai peranan penting, karena melalui tahap ini orang harus mencapai tingkat identitas ego, dalam pengertiannya identitas pribadi berarti mengetahui siapa dirinya dan bagaimana cara seseorang terjun ke tengah masyarakat
Keintiman vs Isolasi
Tahap pertama hingga tahap kelima sudah dilalui, maka setiap individu akan memasuki jenjang berikutnya yaitu pada masa dewasa awal yang berusia sekitar 20-30 tahun. Jenjang ini menurut Erikson adalah ingin mencapai kedekatan dengan orang lain dan berusaha menghindar dari sikap menyendiri.
Generativitas vs Stagnasi
Masa dewasa madya berada pada posisi ke tujuh, dan ditempati oleh orang-orang yang berusia sekitar 30 sampai 60 tahun. Apabila pada tahap pertama sampai dengan tahap ke enam terdapat tugas untuk dicapai, demikian pula pada masa ini dan salah satu tugas untuk dicapai ialah dapat mengabdikan diri guna keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu (generativitas) dengan tidak berbuat apa-apa (stagnasi)..
Integritas vs Keputusasaan
Tahap terakhir dalam teorinya Erikson disebut tahap usia senja yang diduduki oleh orang-orang yang berusia sekitar 60 atau 65 ke atas. Dalam teori Erikson, orang yang sampai pada tahap ini berarti sudah cukup berhasil melewati tahap-tahap sebelumnya dan yang menjadi tugas pada usia senja ini adalah integritas dan berupaya menghilangkan putus asa dan kekecewaan.

REFERENSI:
Suryabrata Sumadi. Psikologi Kepribadian. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2003.
Papalia.D., Old. S., Feldman.,. Human Development. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. 2008.


                              

Teori Psikoanalisa Freud & Erikson yang Menggambarkan Kepribadian

Teori Kepribadian menurut Sigmund Freud

Menurut Freud kepribadian tersusun dari tiga struktur kepribadian pokok/energi psikis , yakni id ,ego dan, superego. Meskipun masing-masing bagian dari kepribadian total ini mempunyai fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja, dinamisme, dan mekanismenya sendiri, namun masing–masing bagian ini saling berinteraksi erat satu sama lain dan membentuk kepribadian individu atau mendorong individu untuk bertingkah laku. .
  • ID
Id merupakan Kepribadian yang asli; Id merupakan sumber dari kedua sistem/energi yang lain yaitu ego dan superego. Id terdiri dari dorongan-dorongan biologis dasar seperti kebutuhan makan, minum dan sex.
Didalam Id terdapat dua jenis energi yang bertentangan dan sangat mempengaruhi kehidupan dan kepribadian individu, yaitu insting kehidupan dan insting kematian. Insting kehidupan ini disebut libido. Dorongan-dorongan dalam Id selalu ingin dipuaskan dan dalam pemuasannnya Id selalu berupaya menghindari pengalaman–pengalaman yang tidak menyenangkan. Makanya cara pemuasan dari dorongan ini disebut prinsip kesenangan ( pleasure principle ).
  • EGO
Ego merupakan energi yang mendorong untuk mengikuti prinsip kenyataan (reality principle), dan beroperasi menurut proses sekunder. Tujuan prinsip sekunder ini adalah mencegah terjadinya tegangan sampai ditemukannya suatu objek yang cocok untuk pemuasan kebutuhan.
Ego menjalankan fungsi pengendalian yang berupaya untuk pemuasan dorongan Id itu bersifat realistis dan sesuai dengan kenyataan. Dengan kata lain fungsi ego adalah menyaring dorongan-dorongan yang ingin dipuaskan oleh ID berdasarkan kenyataan.
  • SUPEREGO
Superego adalah suatu gambaran kesadaran akan nilai-nilai dan moral masyarakat yang ditanamkan oleh adat istiadat, agama, orang tua, guru dan orang- orang lain pada anak.
Karena itu pada dasarnya Superego adalah hati nurani (concenience) seseorang yang menilai benar atau salahnya suatu tindakan seseorang.itu berarti Superego mewakili nilai-nilai ideal dan selau berorientasi pada kesempurnaan. Cita-cita individu juga diarahkan pada nilai-nilai ideal tersebut, sehingga setiap individu memiliki gambaran tentang dirinya yang paling ideal (Ego-ideal).
Bersama-sama dengan ego, Superego mengatur dan mengarahkan tingkah laku individu yang mengarahkan dorongan-dorongan dari Id berdasarkan aturan-aturan dalam masyarakat, agama atau keyakinan-keyakinan tertentu mengenai perilaku yang baik dan buruk.
Mengakhiri deskripsi singkat diatas tentang ketiga sistem kepribadian diatas, harus diingat bahwa Id, Ego, dan Superego tidak dipandang sebagai orang – orangan yang menjalankan suatu kepribadian mental.
Ketiga system diatas tersebut hanyalah nama-nama untuk berbagai proses psikologis yang mengikuti prinsip-prinsip system yang berbeda. Dalam keadaan biasa, prinsip-prinsip yang berlainan ini tidak bentrok satu sama lain, dan tidak bekerja secara bertentangan.

Bentuk dorongan hidup adalah dorongan agresi seperti keinginan menyerang , berkelahi, danmerupakan bawaan lahir yang beberapa proses terjadi pada suatu tingkat kesadaran, sedangkan yang lainnya terjadi pada tingkat yang tidak disadari. Id tidak membedakan antara pikiran dan perbuatan, antara yang nyata dan hanya dalam hayalan saja.

Proses id mencari kesenangan dan perasaan benar atau salah, direfleksiakn didalam superego, sering berselisih. Ego menyeleseikan konflik ini melalui berbagai mekanisme pertahanan.

Mekanisme ini mencakup:
- Represi (memaksakan kepercayaan nilai, dan pengharapan yang mengancam keluar dari kesadaran)
- Pengalihan (mengalihkan reaksi emosional dari satu objek ke objek yang lain)
- Sublimasi (mencari cara yang dapat diterima untuk mengungkapkan dorongan yang dengan cara lain tidak diterima)
- Rasionalsasi ( memberikan alasan yang meragukan untuk membenarkan perilaku atau utnuk menghilangkan kekecewaan)
- Regresi (kembali kepada perilaku yang tidak dewasa, pembentukan reaksi (beralih dari satu ekstrem kepada ekstrem yang berlawanan)
- Introjeksi (memungut pendirian orang lain sebagai pendirian sendiri)
- Identifikasi ( meningkatkan rasa kuat, aman dan atau terjamin dengan mengambil sifat orang lain)

Ketiga Ego, sebagai suatu mediator atau pendamai dari super ego dan Id Ego (das-ich), bisa dikatakan sebagai sintesis dari peperangan antara Id dan Superego. Ego berfungsi sebagai penjaga, mediator atau bahkan pendamai dari dua kekuatan yang berlawanan ini.

Ego hanya menjalankan prinsip hidup secara realistis, yakni kemampuan untuk menyesuaikan dorongan-dorongan Id dan Superego dengan kenyataan di dunia luar.Jika Ego terlaludikuasai oleh Id maka orang itu mengidap “Psikoneurosis”(tidak dapat mengeluarkan dorongan primitifnya).

Untuk itu pada satu sisi Ego dapat berfungsi sebagai motifasi diri, namun pada sisi lain karena tekanan superego bisa saja menjadi penyebab terbesar dalam pertentangan dan aliensi diri.

Kemudian Frued memfokuskan diri bahwa Id terbesar yang dimiliki manusia dan sangat menentukan kepribadian manusia itu sendiriadalah dorongan seks. Frued yakin setiap orang sudah memiliki naluri seks sejak ia dilahirkan , adapun perkembangan fase-fase seks tersebut adalah sebagai berikut:
  • Fase Oral Erotik, pada Fase ini kepuasan seksual berada pada rasa nikmat di mulut,seperti seorng bayi menyusu pada ibunya. Oleh karena itu mengapa anak pada usia 2 tahun selalu memasukkan semua benda yang ada pada pegangan tangaannya.
  •   Fase Anal Erotik, pada fase ini anak-anak mencari rasa kepuasan pada anusnya. Seperti pada kecenderungan anak-anak berumur 2-3 tahun yang suka memakan kotoran yang keluar pada anusnya.
  •   Fase Genetal Erotik, pada fase ini anak mencari kepuasan seks pada alat kelaminnya.dalam fase ini seseorang terus berkembang sampai dengan usia dewasa melalui tiga fase sebagai berikut:

  • Fase Phallis (genetal muka)intinya anak telah menemukan kenikmatan pada genetalnya tetapi belum dapat difungsikan sebagaimana mestinya.
  •   Fase Latent (seksualitas infantile) dimana sudah ada nafsu seksual pada diri anak kecil.
  •   Fase Genetal Pubertas, pada fase ini genetal anak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, mula-mula genetal yaitu anak mulai memiliki rasa cinta kepada orang tuanya. Fase ini makin lama makin menjadi, tetapi ditekan terus, karena teralang oleh adapt. Lama kelamaan nafsu tersebut menjadi kompleks yang terdesak.
Kompleksitas ini sering disebut dengan oidipus complex yang menurut Frued menjadi sumber kegagalan hidup.

Teori Kepribadian menurut Erik Erikson 

Teori Erik Erikson tentang perkembangan manusia dikenal dengan teori perkembangan psiko-sosial.
Ericson memaparkan teorinya melalui konsep polaritas yang bertingkat/bertahapan. Ada 8 (delapan) tingkatan perkembangan yang akan dilalui oleh manusia.

Tahap 1. Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya)
* Terjadi pada usia 0 s/d 18 bulan
* dari lahir sampai usia satu tahun dan merupakan tingkatan paling dasar dalam hidup.
* bayi sangat tergantung dari pengasuhan
* Jika anak berhasil membangun kepercayaan, dia akan merasa selamat dan aman dalam dunia.

Tahap 2. Otonomi (Autonomy) VS malu dan ragu-ragu (shame and doubt)
• Terjadi pada usia 18 bulan s/d 3 tahun
* masa awal kanak-kanak dan berfokus pada perkembangan besar dari pengendalian diri.
* latihan penggunaan toilet adalah bagian yang penting
* Kejadian-kejadian penting lain meliputi pemerolehan pengendalian lebih yakni atas pemilihan makanan, mainan yang disukai, dan juga pemilihan pakaian.
* Anak yang berhasil melewati tingkat ini akan merasa aman dan percaya diri, sementara yang tidak berhasil akan merasa tidak cukup dan ragu-ragu terhadap diri sendiri.

Tahap 3. Inisiatif (Initiative) vs rasa bersalah (Guilt)

• Terjadi pada usia 3 s/d 5 tahun.
• masa usia prasekolah mulai menunjukkan kekuatan dan kontrolnya akan dunia melalui permainan langsung dan interaksi sosial lainnya.

• Anak yang berhasil dalam tahap ini merasa mampu dan kompeten dalam memimpin orang lain. Adanya peningkatan rasa tanggung jawab dan prakarsa.
• Mereka yang gagal mencapai tahap ini akan merasakan perasaan bersalah, perasaan ragu-ragu, dan kurang inisiatif.
• Erikson yakin bahwa kebanyakan rasa bersalah dapat digantikan dengan cepat oleh rasa berhasil.

Tahap 4. Industry vs inferiority (tekun vs rasa rendah diri)
• Terjadi pada usia 6 s/d pubertas.
• Melalui interaksi sosial, anak mulai mengembangkan perasaan bangga terhadap keberhasilan dan kemampuan mereka.
• Anak yang didukung dan diarahkan oleh orang tua dan guru membangun peasaan kompeten dan percaya dengan ketrampilan yang dimilikinya.
• Anak yang menerima sedikit atau tidak sama sekali dukungan dari orang tua, guru, atau teman sebaya akan merasa ragu akan kemampuannya untuk berhasil.
• Prakarsa yang dicapai sebelumnya memotivasi mereka untuk terlibat dengan pengalaman baru.
• Ketika beralih ke masa pertengahan dan akhir kanak-kanak, mereka mengarahkan energi mereka menuju penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual.
• Permasalahan yang dapat timbul pada tahun sekolah dasar adalah berkembangnya rasa rendah diri, perasaan tidak berkompeten dan tidak produktif.
• Erikson yakin bahwa guru memiliki tanggung jawab khusus bagi perkembangan ketekunan anak-anak.

Tahap 5. Identity vs identify confusion (identitas vs kebingungan identitas)
• Terjadi pada masa remaja, yakni usia 10 s/d 20 tahun
• Selama remaja ia mengekplorasi kemandirian dan membangun kepakaan dirinya.
• Anak dihadapkan dengan penemuan siapa, bagaimana, dan kemana mereka menuju dalam kehidupannya
• Anak dihadapkan memiliki banyak peran baru dan status sebagai orang dewasa, pekerjaan dan romantisme
• Jika remaja menjajaki peran dg cara yang sehat dan positif maka identitas positif akan dicapai.
• Jika suatu identitas remaja ditolak oleh orangtua, jika remaja tidak secara memadai menjajaki banyak peran, jika jalan masa depan positif tidak dijelaskan, maka kebingungan identitas merajalela.
• bagi mereka yang menerima dukungan memadai maka eksplorasi personal, kepekaan diri, perasaan mandiri dan control dirinya akan muncul dalam tahap ini.
• Bagi mereka yang tidak yakin terhadap kepercayaan diri dan hasratnya, akan muncul rasa tidak aman dan bingung terhadap diri dan masa depannya.

Tahap 6. Intimacy vs isolation (keintiman vs keterkucilan)
• Terjadi selama masa dewasa awal (20an s/d 30an tahun)
• Erikson percaya tahap ini penting, yaitu tahap seseorang membangun hubungan yang dekat & siap berkomitmen dg orang lain.
• Mereka yang berhasil di tahap ini, akan mengembangkan hubungan yang komit dan aman.
• Erikson percaya bahwa identitas personal yang kuat penting untuk mengembangkan hubungan yang intim.
• Jika mengalami kegagalan, maka akan muncul rasa keterasingan dan jarak dalam interaksi dengan orang.

Tahap 7. Generativity vs Stagnation (Bangkit vs Stagnan)
• Terjadi selama masa pertengahan dewasa
• Selama masa ini, mereka melanjutkan membangun hidupnya berfokus terhadap karir dan keluarga.
• Mereka yang berhasil dalam tahap ini, maka akan merasa bahwa mereka berkontribusi terhadap dunia .
• Mereka yang gagal melalui tahap ini, akan merasa tidak produktif dan tidak terlibat di dunia ini.

Tahap 8. Integrity vs depair (integritas vs putus asa)
• Terjadi selama masa akhir dewasa
• cenderung melakukan cerminan diri terhadap masa lalu.
• Mereka yang tidak berhasil pada fase ini, akan merasa bahwa hidupnya percuma dan mengalami banyak penyesalan.
• Individu akan merasa kepahitan hidup dan putus asa
• Mereka yang berhasil melewati tahap ini, berarti ia dapat mencerminkan keberhasilan dan kegagalan yang pernah dialami.
• Individu ini akan mencapai kebijaksaan, meskipun saat menghadapi kematian.





monggo dilanjut >>

Psikologi Perkembangan

Dalam membicarakan perkembangan seseorang , Murray membahasnya dengan hal-hal berikut:
1.       Masa kanak-kanak
Bidang-bidang pengalaman tertertu yang sangat penting untuk perkembangan anak dan untuk perkembangan selanjutnya. Menurut Murray bidang-bidang pengalaman ini meliputi lima keadaan atau kegiatan yang sangat menyenangkan, yang masing-masing diakhiri, dikecewakan atau dibatasi oleh pengaruh-pengaruh dari luar yaitu :
a.       Kehidupan yang aman pasif dan tergantung dalam kandungan
b.      Kenikmatan dalam menghisap makanan yang nikmat atau saat menyusu
c.       Perasaan yang menyenangkan yang dinikmati dengan bebas pada waktu defekasi ( dibatasi oleh latihan buang air secara teratur )
d.      Kesan-kesan perasaan menyenangkan pada waktu buang air kecil
e.       Rangsangan-rangsangan menggetarkan yang timbul dari pergesekan alat kelamin ( terhalang oleh ancaman-ancaman hukuman). 
Murray merumuskan dan memmberikan spesifikasi kasar untuk mengukur lima kompleks yaitu:
a.       Kompleks-kompleks klaustral adalah sisa-sisa dari pengalaman selama berada dalam kandungan atau prenatal dari individu.
b.      Kompleks-kompleks oral adalah sisa-sisa dari pengalaman-pengalaman mkan awal.
c.       Kompleks-kompleks anal berasal dari peristiwa-peristiwa yang diasosiasikan dengan buang air besar dan latihan buang air secara teratur.
d.      Kompleks uretral, ia mengemukakan bahwa kompleks ini meliputi mengompol di tempat tidur, mengompol di celana, dan erotisme uretral.
e.       Komleks kastrasi yaitu kurang perhatian dalam tulisan awal murray dibandingkan dengan tiga kompleks yang pertama.

2.      Faktor-faktor Genetis dan Pematangan
Murray memandang proses-proses  genetic pematangan bertugas memrogamkan sejenis suksesi atau urutan pergantian berbagai masa sepanjang kehidupan seorang individu. Dalam setiap periode, terdapat banyak programperistiwa-peristiwa tingkah laku dan pengalaman yang lebih kecil yang berlangsung di bawah bimbingan proses-proses ematangan yang di kontrol secara genetis. Menurut Murray, setiap periode-periode itu bersumber pada proses-proses metabolik.

3.      Belajar
Murray yakin bahwa factor-faktor genetic bertanggung jawab atas timbulnya pusat-pusat kenikmatan (hedonik) dan ketidaknikmatan (anhedonik) dalam otak. Belajar ialah menemukan  apa yang menimbulkan kesenangan dan apa yang menimbulkan kesussahan bagi individu. Sumber-sumber anhedonik dapat diklasifikasikan dengan beberapa cara. Sumber-sumber itu dapat bersifat retrospektif ( ingatan-ingatan pada pengalaman masa lampau yang menyenangkan atau menyedihkan), spektif  ( pengalaman-pengalaman masa kini), atau prospektif  (antisipasi-antisipasi terhadap kesenangan-kesenangan atau kesakitan-kesakitan di masa mendatang).

4.      Factor-faktor sosio-kultural
Murray melakukan sebagian berdasarkan teori Darwin yang mengatakan bahwa terutama kelompoklah yang mengalami evolusi, bukannya individu. Maka Murray menulis: “ teori evolusi kelompok ini membantu kita untuk memahami mengapa manusia adalah makhlulk social, dan mengapa sebgai makhluk social, ia penyayang sekaligus kejam”. Murray sering menyinggung fakta bahwa jalan perkembangan tidak dapat dipahami dengan baik tanpa suatu gambaran yang lengkap tentang lingkungan social, tempat proses itu berkembang.

5.      Proses-proses tak sadar
Murray menjelaskan bahwa tidak semua proses regnan memiliki hubungan-hubungan sadar, sehingga cukup wajar bahwa proses-proses regnan tidak memiliki hubungan-hubungan sadar tersebut menentukan tingkah laku tanpa disadari individu. Individu tidak hanya tidak menyadari kecendrungan-kecendrungan tertentu yang mempengaruhi tingkah lakunya, tetapi yang lebih penting, beberapa dari kecendrungan-kecendrungan ini secra aktif dihalangi atau dihalau dari pengaruh kesadaran.


6.      Proses Sosialisasi
Murray telah menyatakan bahawa kepribadian manusia merupakan kompromi antara impuls-impuls individu sendiri dan tuntutan-tuntutan serta kepentingan-kepentingan oraang-orang lain.
Salah satu unsur-unsur hakiki untuk mencapai tujuan-tujuan sosialisasi ialah perkembangan superego yang memadai.
            Sosialisasi bukan tidak memiliki segi-segi negative. Seseorang individu dapat terlalu disosialisasikan, bahkan secara teoritis seluruh masyarakat dapat mengalami proses-proses sosialisasi yang justu merugika, bukannya menyiapkan kearah kehidupan yang berhasil.


monggo dilanjut >>