Saturday, February 9, 2013

Perilaku Seksual


1. Perilaku Seksual
a. Pengertian Perilaku Seksual
Seksualitas adalah hal yang tidak asing bagi kaum remaja dewasa ini. Mereka rela mencari segala informasi untuk mendapatkan hal-hal yang berbau seksual. Hal ini dikarenakan seksualitas tidak bisa dihindari oleh manusia apalagi di jaman globalisasi ini yang cukup mudah untuk mengakses internet dan mendapatkan apapun informasi yang kaum remaja inginkan. Hal ini menyebabkan makin besar kecenderungan remaja untuk melakukan berbagai perilaku-perilaku seksual.
Seksualitas itu sendiri menurut Rolheiser (2002) adalah energi yang indah, baik, sangat kuat, dan suci, yang diberikan oleh Tuhan dan dialami dalam seluruh hidup kita, sebagai suatu dorongan yang tidak dapat ditekan, yang mendorong orang untuk mengatasi ketidaklengkapan, menuju kesatuan yang utuh. Seksualitas adalah energi dalam diri kita, yang mendorong kita untuk dapat mencintai, berkomunikasi, membangun persahabatan, gembira, mempunyai afeksi, compassion, membangun intimacy, dan berelasi dengan diri sendiri, orang lain, alam, dan Tuhan.  Menurut Rolheiser (2002), energi itu adalah energi untuk mencintai, memperhatikan, membangun relasi dengan orang lain, memberikan hidup kepada orang lain. Dalam seksualitas, kita dapat menjadi pembantu Pencipta, Tuhan, yang selalu mencipta dan memberikan kehidupan di dunia.
Sarlito (2006: 142) mengatakan perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini beraneka ragam mulai dari perasaan tertarik hingga kencan, bercumbu, dan bersenggama. Objek seksualnya bisa berupa  orang lain seperti berpegangan tangan, berciuman, petting, dan senggama. Bisa juga dilakukan oleh diri sendiri seperti onani atau masturbasi.
Pengertian perilaku seksual menurut Erwin J. Skripsiadi (2005: 33), adalah bentuk perilaku yang muncul berdasarkan dengan dorongan seksual. Dorongan seksual menurut Wimpie Pangkahila (2001: 16), adalah suatu bentuk keinginan seseorang yang mengarah pada hubungan seksual. Dorongan seksual mulai muncul pada masa remaja Karena pengaruh hormon seks, khususnya hormon testosterone. Perilaku seksual seperti berpegangan tangan, berpelukan, berciuman biasanya banyak dilakukan pada saat seseorang sedang kencan untuk membuktikan rasa cinta terhadap pasangannya bahkan lebih parahnya lagi yaitu dengan melakukan hubungan seks pranikah.
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku seksual merupakan tingkah laku yang didorong oleh keinginan atau hasrat seksual yang muncul dalam dirinya yang diwujudkan dengan melakukan aktifitas yang mengacu adrenalin kearah seksual dengan menggunakan bagian alat tubuh untuk memuaskan hasrat seksualnya atau dengan berfantasi untuk memenuhi kebutuhan seksualnya.
b. Teori-teori Perilaku Seksual
            Mc Clone (2002) mengungkapkan bahwa aspek-aspek seksualitas itu perlu dikembangkan secara seimbang dalam hidup kita. Itu  berarti perlu ada integrasi dimensi fisik dan kognitif (bdk. Ferder dan Heagle, 2002: 131).
            1) Integrasi fisik
a) Semua segi tubuh kita diperhatikan, diatur, dikembangkan, termasuk dalam hal makan, minum, olahraga, berobat, kesehatan, dan kebersihan.
b) Perhatian kepada diri sendiri, penerimaan diri kita apa adanya, termasuk kelemahan dan keunggulannya.
c) Penggunaan sentuhan, jamahan, dan anggota tubuh secara pantas dan tidak disalahgunakan. Ungkapan seksualitas yang menghargai batas-batas yang ada.
            2) Integrasi kognitif
a) Mengembangkan persepsi kita tentang seksualitas secara seimbang dan lengkap sehingga kita selalu berpikir positif tentang seksualitas.
b) Mengembangkan pemikiran kita secara objektif dan rasional dalam hidup.
c) Mengembangkan pemikiran yang baik dan menyeluruh tentang intimacy, persahabatan, relasi, sehingga membantu bagaimana kita membangun relasi yang seimbang. Mengembangkan pemikiran yang luas tentang seksualitas dalam hidup.
            Perilaku seksual yang dilakukan remaja, terdapat beberapa aspek biologis, psikologis, dan sosial. Menurut Bruess dan Greenberg (dalam Alice Trimernatha, 2006: 16) di dalam perilaku seksual remaja terkandung beberapa aspek yaitu:
            a) Aspek biologis
Seks merupakan suatu kebutuhan dasar manusia yang secara biologis membutuhkan pemenuhan serta adanya perkembangan organ-organ genital pada individu.
            b) Aspek psikologis
Seks merupakan proses belajar yang terjadi pada diri individu untuk mengekspresikan dorongan seksualnya melalui perasaan, sikap, dan pemikiran tentang seksualitas
            c) Aspek sosial
Seks berfungsi sebagai manifestasi seksualitas individu dalam hubungannya dengan individu lain. Aspek ini meliputi pengaruh budaya, berpacaran, hubungan interpersonal dan semua hal tentang seks yang berhubungan dengan kebiasaan-kebiasaan yang dipelajari oleh individu di dalam lingkungannya. Adapun yang termasuk dalam pengaruh budaya disini adalah iklan, film, radio, televisi, buku-buku, dan majalah yang kesemuanya itu dapat mempengaruhi pikiran dan perilaku seseorang dalam menghadapi masalah seksnya.
            d) Aspek moral
Seks berfungsi sebagai manifestasi dorongan seksual yang sesuai dengan norma social masyarakat dan norma agama yang belaku sehingga sikap-sikap moral mewarnai konsep seksualitas seseorang. Aspek ini biasanya didasarkan pada filosofi agama atau pada hal-hal yang bersifat etis. Yang termasuk disini adalah menjawab pertanyaan tentang benar atau salah tindakan dari perilaku seksual itu sendiri.
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek-aspek perilaku seksual adalah biologis, kognitif dan fisik yang berhubungan dengan seksualitas itu sendiri dan mempengaruhi.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Seksual
            Perilaku seksual yang dilakukan remaja terdiri dari beberapa faktor yang mempengaruhinya. Menurut Wimpie Pangkahila (2001). Perilaku seksual yang dilakukan remaja tidak terlepas dari beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu:
a) Pengawasan dan perhatian orang tua dan keluarga yang semakin longgar akibat kesibukan.
            b) Pola pengasuhan yang semakin bebas.
            c) Lingkungan yang semakin permisif.
d) Semakin banyak hal yang memberikan rangsangan seksual dan sangat mudah dijumpai yang tidak dapat dilepaskan dari perkembangan ilmu dan teknologi, misalnya melalui gambar, video, internet.
e) Fasilitas yang mendukung untuk itu, yang seringkali diberikan oleh keluarga sendiri tanpa disadari, misalnya tersedianya DVD player, laser disc, dan internet dirumah mereka.
            Sarlito Wirawan (2006: 153-154), mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya perilaku seksual di kalangan remaja, yaitu:
            a) Perubahan Hormonal
Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual (libido seksualitas) remaja. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu.
            b) Penundaan usia  perkawinan
Akan tetapi penyaluran ini tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan baik secara hukum. Oleh karena adanya undang-undang tentang perkawinan yang menetapkan batas usia menikah (sedikitnya 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria), maupun karena norma sosial yang semakin lama semakin menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental, dll).
            c) Tabu atau larangan
Sementara usia perkawinan ditunda, norma-norma agama tetap berlaku, dimana dilarang melakukan hubungan seks sebelum menikah. Bahkan larangannya berkembang kepada tingkah-tingkah laku yang lain seperti berciuman dan masturbasi. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri, akan terdapat kecenderungan untuk melanggar saja larangan-larangan tersebut.
            d) Kemajuan teknologi
Kecenderungan pelanggaran makin meningkat oeh karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa, yang dengan adanya teknologi canggih (video kaset, fotocopy, satelit, DVD, telepon genggam, internet) menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa yang dilihat atau didengarnya dari media massa, khususnya karena remaja pada umumnya belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orang tuanya.
            e) Sikap mentabukan seks
Sikap orang tua yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak, tidak terbuka terhadap anak, malah cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalahi ini.

            f) Pergaulan yang semakin bebas
Kenyataan bahwa pergaulan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat tidak dapat diingkari. Hal ini merupakan akibat dari berkembangnya peran dan pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita semakin sejajar dengan pria.
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual adalah kurangnya pengawasan dan tidak diajarkannya sejak dini tentang perilaku seksual yang membuat si pelaku buta akan arti sebenarnya seksualitas itu sendiri.

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment

saling membangun menuju arah yang lebih baikl