1. Perilaku Seksual
a. Pengertian Perilaku
Seksual
Seksualitas
adalah hal yang tidak asing bagi kaum remaja dewasa ini. Mereka rela mencari
segala informasi untuk mendapatkan hal-hal yang berbau seksual. Hal ini dikarenakan
seksualitas tidak bisa dihindari oleh manusia apalagi di jaman globalisasi ini
yang cukup mudah untuk mengakses internet dan mendapatkan apapun informasi yang
kaum remaja inginkan. Hal ini menyebabkan makin besar kecenderungan remaja
untuk melakukan berbagai perilaku-perilaku seksual.
Seksualitas
itu sendiri menurut Rolheiser (2002) adalah energi yang indah, baik, sangat
kuat, dan suci, yang diberikan oleh Tuhan dan dialami dalam seluruh hidup kita,
sebagai suatu dorongan yang tidak dapat ditekan, yang mendorong orang untuk
mengatasi ketidaklengkapan, menuju kesatuan yang utuh. Seksualitas adalah
energi dalam diri kita, yang mendorong kita untuk dapat mencintai,
berkomunikasi, membangun persahabatan, gembira, mempunyai afeksi, compassion, membangun intimacy, dan berelasi dengan diri sendiri,
orang lain, alam, dan Tuhan. Menurut
Rolheiser (2002), energi itu adalah energi untuk mencintai, memperhatikan,
membangun relasi dengan orang lain, memberikan hidup kepada orang lain. Dalam
seksualitas, kita dapat menjadi pembantu Pencipta, Tuhan, yang selalu mencipta
dan memberikan kehidupan di dunia.
Sarlito (2006: 142) mengatakan perilaku seksual adalah
segala tingkah laku yang didorong hasrat seksual, baik dengan lawan jenis
maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini beraneka ragam mulai dari
perasaan tertarik hingga kencan, bercumbu, dan bersenggama. Objek seksualnya
bisa berupa orang lain seperti
berpegangan tangan, berciuman, petting,
dan senggama. Bisa juga dilakukan oleh diri sendiri seperti onani atau
masturbasi.
Pengertian perilaku seksual menurut Erwin J.
Skripsiadi (2005: 33), adalah bentuk perilaku yang muncul berdasarkan dengan
dorongan seksual. Dorongan seksual menurut Wimpie Pangkahila (2001: 16), adalah
suatu bentuk keinginan seseorang yang mengarah pada hubungan seksual. Dorongan
seksual mulai muncul pada masa remaja Karena pengaruh hormon seks, khususnya
hormon testosterone. Perilaku seksual
seperti berpegangan tangan, berpelukan, berciuman biasanya banyak dilakukan
pada saat seseorang sedang kencan untuk membuktikan rasa cinta terhadap
pasangannya bahkan lebih parahnya lagi yaitu dengan melakukan hubungan seks
pranikah.
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa perilaku seksual merupakan tingkah laku yang didorong oleh
keinginan atau hasrat seksual yang muncul dalam dirinya yang diwujudkan dengan
melakukan aktifitas yang mengacu adrenalin kearah seksual dengan menggunakan
bagian alat tubuh untuk memuaskan hasrat seksualnya atau dengan berfantasi untuk
memenuhi kebutuhan seksualnya.
b. Teori-teori
Perilaku Seksual
Mc Clone (2002) mengungkapkan bahwa aspek-aspek seksualitas itu perlu
dikembangkan secara seimbang dalam hidup kita. Itu berarti perlu ada integrasi dimensi fisik dan
kognitif (bdk. Ferder dan Heagle, 2002: 131).
1) Integrasi fisik
a) Semua segi
tubuh kita diperhatikan, diatur, dikembangkan, termasuk dalam hal makan, minum,
olahraga, berobat, kesehatan, dan kebersihan.
b) Perhatian
kepada diri sendiri, penerimaan diri kita apa adanya, termasuk kelemahan dan
keunggulannya.
c) Penggunaan
sentuhan, jamahan, dan anggota tubuh secara pantas dan tidak disalahgunakan.
Ungkapan seksualitas yang menghargai batas-batas yang ada.
2) Integrasi kognitif
a) Mengembangkan
persepsi kita tentang seksualitas secara seimbang dan lengkap sehingga kita
selalu berpikir positif tentang seksualitas.
b) Mengembangkan
pemikiran kita secara objektif dan rasional dalam hidup.
c) Mengembangkan
pemikiran yang baik dan menyeluruh tentang intimacy,
persahabatan, relasi, sehingga membantu bagaimana kita membangun relasi yang
seimbang. Mengembangkan pemikiran yang luas tentang seksualitas dalam hidup.
Perilaku seksual yang dilakukan remaja, terdapat beberapa aspek
biologis, psikologis, dan sosial. Menurut Bruess dan Greenberg (dalam Alice
Trimernatha, 2006: 16) di dalam perilaku seksual remaja terkandung beberapa
aspek yaitu:
a)
Aspek biologis
Seks merupakan suatu kebutuhan dasar manusia yang
secara biologis membutuhkan pemenuhan serta adanya perkembangan organ-organ
genital pada individu.
b)
Aspek psikologis
Seks merupakan proses belajar yang terjadi pada diri
individu untuk mengekspresikan dorongan seksualnya melalui perasaan, sikap, dan
pemikiran tentang seksualitas
c)
Aspek sosial
Seks berfungsi sebagai manifestasi seksualitas
individu dalam hubungannya dengan individu lain. Aspek ini meliputi pengaruh
budaya, berpacaran, hubungan interpersonal dan semua hal tentang seks yang
berhubungan dengan kebiasaan-kebiasaan yang dipelajari oleh individu di dalam
lingkungannya. Adapun yang termasuk dalam pengaruh budaya disini adalah iklan,
film, radio, televisi, buku-buku, dan majalah yang kesemuanya itu dapat
mempengaruhi pikiran dan perilaku seseorang dalam menghadapi masalah seksnya.
d)
Aspek moral
Seks berfungsi sebagai manifestasi dorongan seksual
yang sesuai dengan norma social masyarakat dan norma agama yang belaku sehingga
sikap-sikap moral mewarnai konsep seksualitas seseorang. Aspek ini biasanya
didasarkan pada filosofi agama atau pada hal-hal yang bersifat etis. Yang
termasuk disini adalah menjawab pertanyaan tentang benar atau salah tindakan
dari perilaku seksual itu sendiri.
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
aspek-aspek perilaku seksual adalah biologis, kognitif dan fisik yang
berhubungan dengan seksualitas itu sendiri dan mempengaruhi.
c.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Seksual
Perilaku
seksual yang dilakukan remaja terdiri dari beberapa faktor yang
mempengaruhinya. Menurut Wimpie Pangkahila (2001). Perilaku seksual yang
dilakukan remaja tidak terlepas dari beberapa faktor yang mempengaruhinya
yaitu:
a) Pengawasan
dan perhatian orang tua dan keluarga yang semakin longgar akibat kesibukan.
b) Pola pengasuhan yang semakin
bebas.
c) Lingkungan yang semakin permisif.
d) Semakin
banyak hal yang memberikan rangsangan seksual dan sangat mudah dijumpai yang
tidak dapat dilepaskan dari perkembangan ilmu dan teknologi, misalnya melalui
gambar, video, internet.
e) Fasilitas
yang mendukung untuk itu, yang seringkali diberikan oleh keluarga sendiri tanpa
disadari, misalnya tersedianya DVD player,
laser disc, dan internet dirumah
mereka.
Sarlito
Wirawan (2006: 153-154), mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang dapat
memicu terjadinya perilaku seksual di kalangan remaja, yaitu:
a)
Perubahan Hormonal
Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat
seksual (libido seksualitas) remaja. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan
penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu.
b)
Penundaan usia perkawinan
Akan tetapi penyaluran ini tidak dapat segera
dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan baik secara hukum. Oleh
karena adanya undang-undang tentang perkawinan yang menetapkan batas usia
menikah (sedikitnya 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria), maupun karena
norma sosial yang semakin lama semakin menuntut persyaratan yang makin tinggi
untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental, dll).
c)
Tabu atau larangan
Sementara usia perkawinan ditunda, norma-norma agama
tetap berlaku, dimana dilarang melakukan hubungan seks sebelum menikah. Bahkan
larangannya berkembang kepada tingkah-tingkah laku yang lain seperti berciuman
dan masturbasi. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri, akan terdapat
kecenderungan untuk melanggar saja larangan-larangan tersebut.
d)
Kemajuan teknologi
Kecenderungan pelanggaran makin meningkat oeh karena
adanya penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa, yang
dengan adanya teknologi canggih (video kaset, fotocopy, satelit, DVD,
telepon genggam, internet) menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang
dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa yang dilihat atau
didengarnya dari media massa, khususnya karena remaja pada umumnya belum pernah
mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orang tuanya.
e)
Sikap mentabukan seks
Sikap orang tua yang masih mentabukan pembicaraan
mengenai seks dengan anak, tidak terbuka terhadap anak, malah cenderung membuat
jarak dengan anak dalam masalahi ini.
f)
Pergaulan yang semakin bebas
Kenyataan bahwa pergaulan yang makin bebas antara pria
dan wanita dalam masyarakat tidak dapat diingkari. Hal ini merupakan akibat
dari berkembangnya peran dan pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita
semakin sejajar dengan pria.
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual adalah kurangnya pengawasan
dan tidak diajarkannya sejak dini tentang perilaku seksual yang membuat si
pelaku buta akan arti sebenarnya seksualitas itu sendiri.
No comments:
Post a Comment
saling membangun menuju arah yang lebih baikl