2. Depresi
a. Pengertian Depresi
Depresi merupakan kondisi emosional yang ditandai dengan kesedihan yang
amat sangat, perasaan tidak berarti dan bersalah, menarik diri dari orang lain,
tidak dapat tidur, kehilangan selera makan, dan minat serta kesenangan dalam
aktivitas yang biasa dilakukan. Sebagaimana sebagian besar dari kita mengalami
kecemasan. Depresi sering kali berhubungan dengan berbagai masalah psikolgis
lain, seperti serangan panik, penyalahgunaan zat, dan gangguan kepribadian
(Davison dkk, 2006).
Depresi juga merupakan salah satu diantara bentuk
sindrom gangguan-gangguan keseimbangan mood
(suasana perasaan). Mood adalah
kondisi perasaan yang terus ada yang mewarnai kehidupan psikologis kita. Perasaan
sedih atau depresi bukanlah hal yang abnormal dalam konteks peristiwa atau
situasi yang penuh tekanan. Namun orang dengan gangguan mood (mood disorder) yang
luar biasa parah atau berlangsung lama dan mengganggu kemampuan mereka untuk
berfungsi dalam memenuhi tanggung jawab secara normal (Semium, 2006).
Rathus
(1991 dalam Lumongga, 2009: 13) menyatakan orang dengan depresi umumnya
mengalami gangguan yang meliputi keadaan emosi, motivasi fungsional, serta
kognisi. Menurut Atkinson (1991 dalam Lumongga, 2009: 13) depresi sebagai suatu
gangguan suasan hati yang dicirikan dengan tak ada harapan dan patah hati, ketidakberdayaan yang
berlebihan, tak mampu mengambil keputusan untuk memulai suatu kegiatan, tidak
mampu konsentrasi, tidak punya semangat hidup, selalu tegang, dan mencoba bunuh
diri.
Berdasarkan
pengertian-pengertian yang telah dipaparkan para tokoh tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa depresi merupakan gangguan suasana hati yang ditandai oleh kemurungan dan
kesedihan yang mendalam dan suatu perasaan dimana dia mengalami gangguan
perasaan yang terus mengikuti secara nyata yang membuat orang tersebut menjadi
hilang akal dan pikiran yang diawali dengan hilangnya kegairahan hidup dan rasa
putus asa dan jika tidak ada yang bisa memberi solusi maka orang tersebut bisa
mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.
b. Faktor
Penyebab Depresi
Menurut
Nevid dkk (2003) Faktor-faktor yang meningkatkan risiko seseorang untuk terjadi
depresi meliputi :
1) Usia
Depresi mampu menjadi kronis apabila depresi muncul
untuk pertama kalinya pada usia 60 tahun keatas. Berdasarkan hasil studi pasien
lanjut usia yang mengalami depresi diikuti selama 6 tahun, kira-kira 80% tidak
sembuh namun terus mengalami depresi atau mengalami depresi pasang surut.
2) Status
sosioekonomi
Orang dengan taraf sosioekonomi yang lebih
rendah memiliki resiko yang lebih rendah memiliki resiko yang lebih besar dibanding mereka dengan taraf yang lebih
baik.
3) Status
pernikahan
Berlangsungnnya pernikahan membawa mamfaat
yang lebih baik bagi kesehatan mental laki-laki dan perempuan. Pernikahan tak
hanya melegalkan hubungan asmara antara laki-laki dan perempuan, karena ikatan
suami-istri ini juga dipercaya dapat mengurangi risiko mengalami depresi dan
kecemasan. Namun, bagi pasangan suami istri yang gagal membina hubungan
pernikahan atau ditinggalkan pasangan karena meninggal, justru akan memicu
terjadinya depresi.
Hasil penelitian para ilmuwan di New
Zealand’s University of Otago baru-baru ini. Studi yang dipimpin oleh Kate
Scott ini meneliti 34.493 orang yang tersebar di 15 negara. Dalam studi ini
diketahui bahwa berakhirnya hubungan suami-istri karena perceraian atau
kematian dapat meningkatkan risiko mengalami gangguan kesehatan mental. Dari sini
terlihat bahwa fakta yang juga sesuai dengan hasil survey dari WHO World Mental Health (WMH) itu
menjelaskan bahwa kesehatan mental bagi seseorang yang tidak pernah menikah
dibandingkan dengan mereka yang mengakhiri pernikahan. Scott mengatakan dalam studi
itu diketahui bahwa meniah memberikan dampak lebih baik ketimbang tidak menikah
bagi kesehatan jiwa untuk sema gender (Rachmanto, 2010)
4) Jenis Kelamin
Menurut Schimeilpfering (2009), beberapa
faktor risiko yang telah dipelajari yang mungkin bisa menjelaskan perbedaan
gender dalam prevalensi depresi :
a) Perbedaan
hormon seks
Mengingat bahwa puncak onset gangguan depresi
pada perempuan bertepatan dengan reproduksi tahun (antara usia 25 sampai 44
tahun usia), faktor resiko hormone mungkin memainkan peran. Estrogen dan progesterone telah ditunjukkan untuk mempengaruhi neurotransmitter, neuroendokrin, dan sistem sirkadian
yang telah terlibat dalam gangguan suasana perasaan. Fakta bahwa perempuan
sering mengalami gangguan suasana hati yang berhubungan dengan siklus
menstruasi mereka, seperti gangguan pramenstruasi
dysphoric, juga menunjukkan hubungan antara hormon seks wanita dan suasana
perasaan. Selain itu, fluktuasi hormon yang berhubungan dengan kelahiran adalah
pemicu umum bagi gamguan suasana perasaan.
b) Perbedaan
gender sosialisasi
Para peneliti telah menemukan bahwa perbedaan gender
dalam sosialisasi dapat memainkan peran juga. Gadis kecil disosialisasikan oleh
orang tua dan guru untuk memelihara dan sensitif terhadap pendapat orang lain,
sementara anak laki-laki didorong untuk mengembangkan kesadaran yang lebih
besar penguasaan dan kemandirian dalam kehidupan mereka. Jenis sosialisasi
berteori mengarah pada depresi pada wanita lebih besar, yang harus melihat
keluar diri mereka untuk validasi.
c) Perbedaan
gender dalam menghadapi masalah
Penelitian menunjukkan bahwa perempuan cenderung menggunakan
emosi yang lebih fokus, ruminative
mengatasi masalah, merenungkan masalah mereka ke dalam pikiran mereka,
sementara laki-laki cenderung menggunakan masalah yang lebih fokus, gaya coping mengganggu untuk membantu mereka
melupakan masalah. Telah dihipotesis bahwa mengatasi gaya ruminative ini bisa mengakibatkan lebih lama dan lebih parah episode
depresi dan berkontribusi lebih besar perempuan kerentanan terhadap depresi.
Dengan
demikian wanita memiliki kecenderungan hamper dua kali lipat lebih besar
daripada pria untuk mengalami depresi. Meski terdapat perbedaan gender pada
prevalensinya, wacana depresi adalah sama untuk keduanya. Pria dan wanita untuk
gangguan tersebut tidak berbeda secara signifikan dalam hal kecenderungan untuk
kambuh kembali, frekuensi kambuh, keparahan/durasi kambuh atau jarak waktu
untuk kambuh yang pertama kalinya (Nevid dkk, 2003).
c. Aspek-aspek
Depresi
Depresi
terdiri dari beberapa aspek (Nevid dkk, 2003: 230), yaitu: 1) Perubahan pada
kondisi emosional
Perubahan pada
kondisi mood (periode terus menerus dari perasaan terpuruk, depresi, sedih atau
muram). Penuh dengan air mata atau menangis serta meningkatnya iritabilitas
(mudah tersinggung), kegelisahan atau kehilangan kesadaran.
2)
Perubahan dalam motivasi
Perasaan tidak termotivasi atau memiliki
kesulitan untuk memulai (kegiatan) di pagi hari atau bahkan lebih sulit bangun
dari tempat tidur. Menurunnya tingkat partisipasi sosial atau minat pada
aktivitas sosial. Kehilangan kenikmatan atau minat dalam aktivitas yang
menyenangkan. Menurunnya minat pada seks serta gagal untuk berespon pada pujian
atau reward.
3)
Perubahan dalam fungsi dan perilaku motorik
Gejala-gejala motorik yang dominan dan
penting dalam depresi adalah retardasi motor yakni tingkah laku motorik yang
berkurang atau lambat, bergerak atau berbicara dengan lebih perlahan dari
biasanya. Perubahan dalam kebiasaan tidur (tidur terlalu banyak atau terlalu
sedikit, bangun lebih awal dari biasanya dan merasa kesulitan untuk tidur
kembali). Perubahan dalam selera makan (makan terlalu banyak atau sedikit).
Perubahan dalam berat badan (bertambah atau kehilangan berat badan).
Beraktivitas kurang efektif atau energik dari pada biasanya, orang-orang yang
menderita depresi sering duduk dengan sikap yang terkulai dan tatapan kosong
tanpa ekspresi.
4)
Perubahan kognitif
Kesulitan berkonsentrasi atau berfikir
jernih. Berfikir negatif mengenai diri sendiri dan masa depan. Perasaan
bersalah atau menyesal mengenai kesalahan dimasa lalu. Kurangnnya self-esteem atau merasa tidak kuat.
Berpikir kematian atau bunuh diri.
Berdasarkan uraian diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa perasaan emosional sangat mempengaruhi kestabilitasan mood atau suasana hati yang bisa
mengubah seseorang menganggap dirinya jadi tidak berharga, karena kurangnya
afeksi dari orang terdekat mereka.
No comments:
Post a Comment
saling membangun menuju arah yang lebih baikl