Thursday, February 14, 2013

Carl Jung


BAB I
PENDAHULUAN

  1. BIOGRAFI CARL  JUNG
Carl Gustav Jung lahir pada 26 Juli 1875 di Kesswil, kota kecil dekat Danau Constance, Swiss. Carl Gustav Jung adalah anak dari pasangan pendeta di Gereja Reformasi Swiss, Johann Paul Jung dan Emillie Preiswerk Jung, putri seorang teolog. Keluarga ibu Jung mempunyai tradisi spiritualisme dan mistisisme, dan kakeknya dari garis ibu, Samuel Preiswerk adalah penganut okultisme dan sering berbicara dengan roh orang mati.
Orang tua Jung memiliki tiga anak, seorang anak laki-laki sebelum Carl namun hanya hidup selama 3 hari, dan seorang putri yang lebih muda sembilan tahun daripada Carl. Karena itu, kehidupan awal yang dimiliki Jung adalah seorang anak tunggal.
Jung (1961) melukiskan ayahnya sebagai seorang idealis sentimental dengan keraguan yang kuat terhadap iman agamanya. Dia melihat ibunya mempunyai 2 sifat yang berbeda. Di satu sisi ibunya sangat realistis, praktis, dan berhati hangat namun, disisi lain dia seorang yang tidak stabil, mistis, cenayan, arkais, dan kejam. Sebagai anak yang emosional dan sensitif, Jung lebih mengidentifikasikan dirinya dengan sisi kedua ibunya, yang disebut ibu No.2 atau kepribadian alam. Pada usia 3 tahun  Jung terpisah dari ibunya yang harus dirawat di rumah sakit beberapa bulan dan perpisahan ini melukai hati Jung sangat dalam. Untuk waktu yang lama ia merasa tidak dapat percaya kapanpun kata “cinta” disebutkan. Bertahun-tahun sesudahnya ia masih menyamakan “perempuan” dengan sesuatu yang tidak bisa diandalkan,  sementara kata “ayah” berarti sesuatu yang bisa diandalkan-namun tak berdaya (Jung-1961).
Sebelum ulang tahun Jung yang keempat, keluarganya pindah ke pinggiran kota Basel. Sejak periode inilah mimpi-mimpinya yang paling awal muncul. Mimpi ini, yang mestinya memiliki efek mendalam bagi kehidupan berikutnya dan bagi konsepsinya tentang alam bawah sadar kolektif.
Selama tahun-tahunnya ia bersekolah, Jung perlahan-lahan menyadari dua aspek yang terpisah dari dirinya, dan dia menyebutnya dua spek yang terpisah dari dirinya, dan dia menyebutnya kepribadian No.1 dan No.2. Awalnya dia melihat kedua kepribadian ini sebagai bagian dari dunia pribadinya sendiri namun, selama remaja dia menyadari keberadaan pribadi No. 2 nya sebagai cerminan dari sesuatu yang berbeda dari dirinya-seorang laki-laki tua bijak yang sudah lama meninggal. Pada waktu itu, Jung tidak memenuhi sepenuhnya kekuatan-kekuatan yang terpisah ini namun, pada tahun-tahun berikutnya ia menyadari kalau pribadi No.2 sudah bersentuhan dengan perasaan-perasaan dan intuisi-intuisinya sehingga pribadi No.1 tidak dapat memahaminya. Dalam Memories, Dreams, Reflections, Jung (1961) menulis tentang kepribadian No.2 tersebut:
Saya menyelami dia dan pengaruhnya dengan cara menarik yang tidk reflektif; ketika dia hadir, pribadi No.1 memucat sampai titik tidak eksis, dan ketika ego menjadi semakin identik dengan pribadi No.1 sehingga mendominasi pandangan saya, maka orang tua itu, jika berusaha diingat-ingat, tampak seperti mimpi yang jauh dan tidak riil.
Antara usia 16 sampai 19 tahun, pribadi Jung No.1 muncul lebih dominan dan secara perlahan “ merepresi dunia kepekaan intuitifnya” (Jung, 1961, hlm. 68). Seiring dengan kepribadian sehari-hari yang disadarinya menguat, dia dapat berkonsentrasi pada sekolah dan karier. Menurut teori sikap Jung, pribadi No.1 menjadi ekstrover dan menjadi senada dengan dunia objektif, sementara pribadi No.2 menjadi introvert dan terarah menuju dunia subjektifnya. Karena itu, selama tahun-tahun awal sekolahnya, Jung kebanyakan bersikap introvert, namun ketika tiba waktunya untuk mempersiapkan profesinya dan memenuhi tanggung jawab yang lain, dia menjadi lebih ekstrover. Sebuah sikap yang terus bertahan sampai dia mengalami krisis paruh baya dan memasuki periode introversi ekstrem.
Pilihan profesi pertama Jung adalah menjadi arkeolog, namun dia juga tertarik pada filologi, sejarah, filsafat, dan ilmu-ilmu alam. Meskipun berangkat dari latar belakang aristrokat, Jung memiliki daya keuangan yang terbatas. Akhirnya dia mengambil studi kedokteran.
Ketika Jung masih berada di tahuin pertama kuliah kedokteran, ayahnya meninggal membuat dia harus merawat ibu dan adik perempuannya. Juga ketika masih kuliah kedokteran, Jung memulai serangkaian pertemanan dengan kerabat-kerabatnya dari keluarga Preiswerk, termasuk sepupu pertamanya Helene Preiswerk yang mengklaim dapat berkomunikasi dengan arwah. Jung banyak melakukan percakapan dengan arwah anggota keluarganya sendiri, namun kemudian ketika ia menulis disertasi kedokterannya mengenai okultisme, dia melaporkan bahwa perjumpaan dengan arwah sudah menjadi eksperimen-eksperimen terkontrolnya.
Setelah memperoleh gelar medisnya dari Universita Basel pada 1900, Jung menjadi asisten psikiatris bagi Eugene Bleuler di RS jiwa Burgholtzli di Zurich, sebuah rumah sakit yang mendidik para psikiatris paling kenamaan di seluruh dunia pada waktu itu. Selama tahun 1902-1903 Jung belajar enam bulan di Paris bersama Pierre Janet, pengganti Charcot. Ketika kembali ke Swiss pada 1903, dia menikahi Emma Rauschenbach, seorang perempuan muda yang cerdas dari sebuah keluarga Swiss yang kaya. Dua tahun kemudian, sembari menjalankan tugasnya di rumah sakit itu, Jung mulai diminta mengajarbdi University of Zurich dan membuka sebuah praktek psikiatri sendiri.
Jung sudah membaca Interpretation of Dreams (Freud, 1900/1953) tak lama setelah buku itu dipublikasikan namun, dia tidak begitu tertarik. Setelah ia membacanya beberapa tahun kemudian, dia mulai bias memahami ide-ide Freud dan tergerak untuk menginterpretasikan mimpi-mimpinya sendiri. Pada tahun 1906, Jung dan Freud memulai surat-menyurat secara teratur. Setahun kemudian Freud mengundang Carl dan Emma Jung ke Wina. Segera keduanya mengembangkan rasa penghormatan timbale balik yang kuat dan afeksi satu sama lain, dimana percakapan dalam pertemuan mereka yang pertama sampai 13 jam tanpa henti sampai keesokan harinya.
Freud yakin bahwa Jung adalah pribadi yang ideal sebagai pengganti dirinya. Tidak seperti laki-laki di lingkaran teman dan pengikut dekat Freud, Jung bukan orang Yahudi ataupun Wina. Namun Freud memiliki perasaan pribadi yang hangat terhadap Jung dan menganggapnya sebagai seorang laki-laki dengan kecerdasan luar biasa. Kualifikasi ini mendorong Freud memilih Jung menjadi presiden pertama International Psychoanalytic Assosiation.
Pada 1909, G.Stanley Hall, presiden Clark University dan salah satu psikolog pertama di Amerika Serikat, mengundang Jung dan Freud untuk memberikan serangkain kuliah di Clark University di Worcester, Massachussetts. Bersama dengan Sandor Ferenczi, psikoanalisis lainnya kedua laki-laki itu berpetualang ke Amerika. Selama perjalanan 7 minggu mereka, sebuah ketegangan mulai muncul antara Jung dan Freud. Ketegangan hubungan pribadi ini bahkan tidak bias hilang ketika dua psikoanalisis besar itu mulai menginterpretasikan mimpi satu sama lain, sebuah kativitas di waktu senggang yang tampaknya dimaksudkan untuk mempererat kembali hubungan di antara mereka.
Dalam Memories, Dreams, Reflections, Jung (1961) menuduh Freud tidak bersedia mengungkapkan detail-detail kehidupan pribadinya yang dibutuhkan Jung untuk bisa menginterpretasikan salah satu mimpi Freud. Menurut Jung, ketika diminta menceritakan detail-detail yang lebih rahasia dari jalan hidup Freud, sang maestro protes, “Saya tidak bisa menceritakan Otoritas saya dengan menceritakan hal seperti itu!” (Jung, 1961, hlm. 158).
Setelah Jung dan Freud kembali dari perjalanan mereka ke Amerika Serikat, perbedaan kepribadian mereka, selain perbedaan teoritis menjadi semakin besar smpai persahabatan mereka jadi dingin. Pada 1913 mereka mengakhiri hubungan korespodensi. Tahun berikutnya Jung mundur dari kursi presiden asosiasi dan tak lama kemudian dia keluar dari keanggotaan International Psychoanalytic Association.
Tahun-tahun setelah putusnya hubungan dengan Freud membuat Jung merasa sangat kesepian dan giat melakukan analisis-diri. Sejak Desember 1913 sampai tahun 1917, dia menjalani pengalaman hidup yang paling sukar dan berbahaya-sebuah perjalanan menuju bawah tanah psikenya di bawah alam sadar. Marvin Goldwert (1992) menyebutkan masa-masa di hidup Jung itu sebagai periode “sakit yang kreatif”, sebuah istilah yang digunakan Henri Ellenberger (1970) untuk melukiskan Freud di tahun-tahun setelah ayahnya meninggal. Periode “sakit yang kreatif” Jung mirip dengan analisis-diri Freud. Keduanya mulai menyelidiki diri ketika mereka menginjak usia 30-an atau awal 40-an: Freud sebagai reaksi terhadap kematian ayahnya, Jung sebagai reaksi terhadap perpisahannya dengan Freud, ayah spiritualnya. Keduanya melewati periode kesepian dan isolasi, dan keduanya diubah sangat dalam oleh pengalaman-pengalaman tersebut.
Pada 1944 Carl Jung menjadi Profesor Psikologi kedokteran di Universitas Basel namun, kesehatan yang menurun memaksanya mundur pada tahun berikutnya. Setelah istrinya meninggal pada 1955 dia sering terlihat menyendiri, sehingga masyarakat sering menyebutnya “sang laki-laki tua bijak dari Kusnacht”. Dia meninggal pada 6 Juni 1961di Zurich, beberapa minggu setelah ulang tahunnyayang ke-86. Ketika meninggal, reputasi Jung sudah dikenal seluruh dunia dan jauh melampaui wilayah psikologi sendiri: filsafat, agama, dan budaya popular (Brome, 1978).


  1. SEKILAS PSIKOLOGI ANALITIK
Carl Gustav Jung awalnya kolega Freud, namun  ia keluar dari psikoanalisa ortodoks untuk mendirikan teori kepribadian yang berbeda. Psikologi analitik dibangunm diatas asumsi bahwa fenomena gaib dapat dan sungguh mempengaruhi hidup setiap orang. Jung percaya bahwa setiap dari kita dimotivasikan bukan hanya oleh pengalaman-pengalaman bernada emosi yang diwarisi dari nenek moyang kita. Imaji-imaji warisan ini membentuk apa yang disebut Jung alam bawah sadar kolektif. Alam bawah sadar kolektif mencakup elemen-elemen yang tidak pernah kita alami secara individual melainkan yang diturunkan kita dari nenek moyang kita.
Beberapa elemen alam bawah sadar kolektif ini menjadi sangat berkembang, dan Jung menyebutkan arketipe. Arketipe yang paling inklusif adalah konsep perealisasian-diri yang hanya dicapai dengan mencapai keseimbangan di antara beragam daya kepribadian yang berlawanan. Kalau begitu, teori Jung merupakan sebuah compendium dari kutub-kutub yang saling berlawanan. Manusia introver dan ekstrover, rasional sekaligus irrasional, laki-laki sekaligus perempuan, sadar sekaligus tidak sadar, dan didorong oleh kejadiaan-kejadian masa lalu sekaligus ditarik oleh ekspektasi-ekspektasi masa depan.

 BAB II
ISI
  1. TINGKATAN PSIKE
Jung berasumsi bahwa jiwa atau psike memiliki tingkatan sadar dan tidak sadar. Teori Jung lebih menjelaskan mengenai alam bawah sadar kolektif yaitu eksistensi manusia dimasa lalu dan bukan merupakan dari pengalaman pribadi individual. Jung tidak memproritaskan pada alam sadar dan alam bawah sadar personal.

1.      Alam Sadar
Imaji alam sadar merupakan imaji yang diindra oleh ego, sedangkan elemen bawah sadar tidak ada kaitannya dengan ego. Jung beranggapan bahwa ego adalah pusat kesadaran, tapi bukan inti kepribadian. Kesadaran tidak terlalu berpengaruh dalam psikologi analitik.

2.      Alam Bawah Sadar Personal
Alam bawah sadar personal mengandung memori dan impuls infantile, peristiwa yang terlupakan, dan pengalaman yang awalnya dirasakan pada saat kita berada dibawah ambang kesadaran. Isi alam bawah sadar disebut kompleks. Kompleks bisa sebagian muncul secara disadari, dan sebagian muncul dari alam bawah sadar personal dan kolektifnya.

3.      Alam Bawah Sadar Kolektif
Alam bawah sadar kolektif lebih cenderung pada asal mula suatu spesies. Pengalaman nenek moyang manusia terhadap konsep universal dipengaruhi secara bawah sadar oleh pengalaman nenek moyang mereka yang primitif. Isi alam bawah sadar kolektif kurang lebih sama di semua budaya. Alam bawah sadar kolektif terdiri dari arketipe-arketipe.

Arketipe
Istilah arketipe berasal dari bahasa Yunani, Arkhe yang berarti permulaan atau awal, dan Topus yang berarti model. Arketipe adalah imaji-imaji masa lalu yang berasal dari alam bawah sadar kolektif.  Yang mirip dengan kompleks/ kumpulan-kumpulan (alam bawah sadar personal) emosional mengenai imaji-imaji yang saling berkaitan. Arketipe berbasis biologis namun berakar melalui pengalaman nenek moyang yang terus diulang oleh seluruh keturunannya. Ketika aktif, arketipe menyatakan diri lewat mimpi, fantasi & delusi.
Freud percaya bahwa manusia secara kolektif mewarisi kecenderungan untuk bertindak, namun konsepnya mengenai bawaan filogenetik berbeda dengan jung. Freud lebih focus pada alam bawah sadar personal, dan meletakkan bawaan filogenetik hanya jika penjelasan personal ini gagal (seperti yang dilakukannya ketika menjelaskan kompleks oedipus). Sementara jung lebih menekankan alam bawah sadar kolektif & menggunakan pengalaman personal untuk memperkuat kepribadian total.
Arketipe terdiri dari beberapa macam, yaitu:
a. Persona
Persona berasal dari bahasa Latin, yang berearti topeng, istilah ini merujuk pada teater pada masa Romawi, pada zaman itu, para aktor yang memainkan seni peran menggunakan topeng sebagai bentuk ekspresi wajah seseorang yang diperankan aktor tersebut.
Persona merupakan kepribadian yang sadar, yang dapat diidentikkan dengan ego-nya Freud. Persona merupakan kepribadian seseorang yang terlihat oleh orang lain yang tercermin melalui perilakunya.  Dalam mimpi, ia muncul dalam bentuk sesosok figur yang melambangkan aku dalam suasana tertentu. Persona juga dapat diartikan sebagai sifat yang dibentuk seseorang dalam berkomunikasi dan memberikan kesan dalam berinteraksi dengan orang lain. Persona dapat berfungsi menjadi interface dengan dunia dan cara berhubungan dengan orang lain di dunia. Ini tergantung pada pengalaman dan bagaimana sikapnya terhadap penerimaan atau penolakan diri seseorang oleh orang lain di lingkungannya, juga dapat menyembunyikan hakikat diri seseorang dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Setiap kita haruslah memproyeksikan sebuah peran khusus, sesuatu yang didiktekan masyarakat kepada kita. Seorang dokter diharuskan mempunyai cirri “penunggu orang sakit disamping tempat tidur”, seorang politisi harus menunjukkan wajah tertentu kepada masyarakat agar dapat menenangkan keyakinan dan suara mereka, seorang aktor harus menunjukkan gaya hidup tertentu yang diinginkan publik.
Persona merupakan sisi yang dibutuhkan kepribadian kita, namun dengan catatan kita tidak boleh mencampur-adukannya (persona/wajah publuk kita) dengan self  kita sebenarnya. Untuk dapat menjadi sehat secara psikologis, kita harus menyeimbangkan antara tuntutan-tuntutan masyarakat dan siapa diri kita sebenarnya. Tidak menganggap persona penting berarti meremehkan pentingnya masyarakat, namun tidak menyadari individualitas kita berarti sama dengan menjadi boneka masyarakat.

b.Shadow
Sisi kuat kepribadian seseorang mendominasi persona, sedangkan aspek-aspek yang lebih lemah dominasinya hanya menjadi bayang-bayang diri. shadow berarti kegelapan & represi yang merepresentasikan kualitas/kenyataan yang tidak ingin kita akui, namun justru ingin kita sembunyikan dari orang lain, bahkan diri sendiri. Kadang-kadang, naluri dan desakan diwujudkan dalam bentuk bayang-bayang, bersama perasaan-perasaan negatif dan destruktif. Ia dapat berupa satu sosok yang mengancam, yang menyamar sebagai seseorang yang tidak disukai oleh orang-orang yang bermimpi. Terkadang dapat teraktualisasi dengan emosi yang tidak terkendalikan, Satu cara untuk mengenali shadow figur di dalam sebuah mimpi adalah dengan mengamati reaksi dan perasaan kita yang paling negatif terhadap seseorang atau suasana tertentu, karena hal yang paling tidak kita sukailah yang membentuk inti dari bayangan tersebut.
Lebih mudah untuk memproyeksikan sisi gelap kepribadian kita pada orang lain, untuk mrelihat dalam diri merekakeburukan yang kita tolak untuk kita lihat pada diri kita. Bergulat dangan kegelapan dalam diri kita akan membuat kita “memahami shadow kita sendiri”. tapi sayangnya kebanyakan dari kita tidak pernah memahami shadow kita karena kita cenderung mengidentifikasi diri dengan sisi kepribadian kita yang lebih terang.
Manusia yang tidak pernah memahami shyadownya akan jatuh didalam kekuasaan kegelapan dan menghasilkan hidup tragis yang penuh kesialan yang membuahkan kekalahan dan kepengecutan dalam diri sendiri.

c. Anima
Baik freud maupun jung percaya bahwa manusia secara sikologis bersifat biseksual dan memiliki sisi maskulin dan feminim secara bersamaan.
 Anima adalah arketipe wanita (sisi feminim) yang terdapat pada seorang lelaki. Dalam diri seorang lelaki juga terdapat sifat feminin yang biasanya dominan pada wanita.  Anima muncul karena dipengaruhi oleh sosok ibu. Sisi  feminism pada laki-laki ini berakar dri alam bawh sadar kolektif sebagai arketipe dan terus-menerus melawan alam sadar secara ekstrim. Hanya sedikit laki-laki yang mampu mengenal anima mereka. Untuk menguasai proyeksi-proyeksi anima menaklukan penhalang-penghalang intelektual mereka turun jauh kealam bawah sadar dan bergukat dengan sisi feminim kepribadian mereka.
Anima berakar dari pengalaman laki-laki sebelumnya dengan perempuan (ibu, saudara perempuan dan kekasih) yang pada ahirnya berpadu membentuk gambar umum perempuan. Seiring berjalannya waktu konsep ini menumpuk dialam bawah sadar kolektif manusia sebagai anima.
Laki-laki umumnya tidak pernah memproyeksikan animanya pada istri atau kekasih dan tidak melihat mereka apa adanya, melainkan sudah dipengaruhi oleh pandangan personal dan alam bawah sadar kolektfnya, sehingga dapat menjadi sumber banyak kesalah pahaman dalam hubungan laki-laki vs perempuan, dan daya tarik laki-laki terhadap perempuan mistik dalam psike laki-laki .
Anima mempengaruhi sisi perasaan laki-laki dan menjelaskan suasana hati (bertanggung jawab bagi naik turunnya suasana hati itu) maupun perasaan irasionalnya. Ketika suasana hati laki-laki sedang bergejolak bisa dibilang anima atau sisi feminimnya yang menguasai perasaannya tapi laki-laki berusaha keras untuk menjelaskannya dengan cara maskulin yang rasional, bahkan menyangkal kalau anima adalah salah satu arketipe otonomnya.
Anima dan animus dapat mempengaruhi seseorang dalam baik secara positif atau negatif. Jika seorang pria berada di bawah pengaruh positif anima ia akan menunjukkan kelembutan, kesabaran, pertimbangan, dan kasih sayang.  Anima negatif bermanifestasi sebagai kesombongan, kemurungan, bitchiness, dan sensitivitas untuk menyakiti perasaan. Anima sangat mempengaruhi seorang lelaki bersikap terhadap wanita.
Anima seorang lelaki terkadang ditekan karena ia merasa tidak wajar kalu ia memiliki jiwa yang feminine, sehingga terkadang anima muncul dalam bentuk mimpi. menekan anima mengakibatkan timbulnya sifat keras kepala, keras, kaku, dan bahkan kejam secara fisik maupun emosi.
Munculnya Anima atau Animus dalam mimpi seseorang dapat menggambarkan integrasi kepribadian yang Jung sebut sebagai proses individuasi.

d.            Animus
Animus adalah sisi maskulin pada wanita. Tidak dipungkiri seorang wanita juga memiliki sisi maskulin atau sifat yang biasanya dimiliki seorang pria. Namun sifat maskulin ini terkadang tidak terlalu dominan pada wanita. Wanita juga mengerti arti dari seorang pria. Animus bisa ditemukan pada seorang wanita karena dipengaruhi oleh sesosok ayah. Animus milik alam bawah sadar kolektif dan berakar dari perkenalan  prasejarah perempuan terhadap laki-laki.
Animus lebih mempresentasikan pemikiran dan penalaran simbolis. Animus bertanggung jawab terhadap pola pikir dan opini pada perempuan sehingga menghasilkan perasaan dan suasana hati pada laki-laki. Animus juga merupakan  penjelaasan bagi pemikiran irasional dan opini tak logis yang pada dasarnya bukan hasil pemikiran  perempuan, melainkan sudah ada pada diri mereka.
Apabila seorang perempuan didominasi oleh animusnya tak satupun tuntutan logis dapat menggoyahkannya dari keyakinan yang sudah mendarah daging pada dirinya. Animus biasanya muncul dalam mimpi, pengelihatan dan vantasi dalam bentuk yang dipersonifikasi.
Bergabungnya sifat ini ke dalam memungkinkan dirinya untuk menjadi seorang pemimpin, pengelola yang baik, dan pencari nafkah. Namun, jika seorang wanita mengabaikan aspek-aspek ini dalam dirinya, maka ia menjadi cengeng, tergantung, cerewet, dan tidak aman.

e. Great mother
Yang berarti ibu agung. Setiap laki-laki maupun perempuan memiliki arketipe great mother. Yang diasosiasikan dengan perasaan positif dan negatif. Great mother mempresentasikan dua kekuatan yang saling berlawanan. Satu sisi adalah fertilitas (kesuburan & pemeliharaan) yang dapat memproduksi & mempertahankan kehidupan dan sisi yang lain adalah destruksi (kekuatan) yang dapat membuang maupun mengabaikan keturunannya.
Ø  Dimensi fertilitas dari great mother disimbolkan sebagai pohon, taman, tanah yang sudah dibajak, laut, surge, rumah, negeri, gereja, dan objek hampa seperti panic masak dan oven
Ø  Dimensi destruksi dari great mother disimbolkan sebagai dewi, ibu tuhan, ibu alam, ibu bumi, ibu tiri, atau penyihir.
Fertilitas dan destruksi berkombinasi membentuk konsep kelahiran kembali, sebuah arketipe yang sama sekali berbeda tapi hubungannya dengan great mother tampak sangat jelas. Kelahiran kembali direpresentasikan oleh proses seperti reinkarnasi, baptisme, kebangkitan, dan individuasi atau realisasi diri.

f. Wise old man
Wise old man berarti laki-laki tua bijak. Wise old man merupakan arketipe kebijaksanaan dan pemaknaan yang menjelaskan pengetahuan manusia mengenai  misteri hidup yang sudah lama diyakini oleh seseorang. Pengertian ini tidak bisa langsung disadari seseorang. Laki-laki atau perempuan didominasi oleh arketip wise old man dapat mengumpulkan banyak pengikut dengan mengeluarkan perkataan yang menyuarakan kedalaman namun sebenarnya tidak masuk akal karena alam bawah sadar kolektif tidak pernah mengimpartasikan secara langsung kebijaksanaanya pada manusia secara individual.
Para nabi, maupun politikus misalnya mampu membangkitkan gejolak rasio dan emosional pendengarnya, ini dituntun oleh arketipe alam bawah sadarnya wise old man.
Arketipe wise old man dipersonifikasi dalam mimpi sebagai sosok  ayah, kakek, guru sekolah, filusuf, guru, dokter, dan pendeta. Wise old man juga disimbolkan oleh kehidupan itu sendiri, misalnya seorang anak muda yang meninggalkan rumah, berkelana didunia, mengalami berbagai cobaan dan penderitaan hidup , dan pada akhirnya mencapai sebuah kebijaksanaan.


g.Hero
Hero ditampilkan sebagai pribadi yang kuat, kadang separuh dewa yang berjuang melawan kesukaran besar untuk menahlukan dan menghancurkan kejahatan namun pada akhirnya nasip hero diahiri sebuah peristiwa yang tidak penting, misalnya:
v  Achilles (pahlawan perang troya) yang gagah berani akhirnya terbunuh hanya gara-gara sebuah panah menancap ditumitnya.
v  Supermen yang terkenal menumpas kejahatan melawan kemungkaran akhirnya lemah  hanya karena terkena batu krypton.
Intinya adalah seorang manusia yang pada dasarnya fana bila tanpa kelemahan tidak bisa disebut sebagai hero. Ketika arketipe hero dalam diri kita berhasil mengalahkan orang jahat dia seperti telah membebaskan kita dari perasaan ketidak mampuan dan penderitaan, dalam waktu yang sama hero ikut membentuk model kita menjadi kepribadian yang ideal.

h.Self
Self adalah Kepribadian Total (total personality) baik Kesadaran maupun Bawah Sadar. Self adalah pusat dari kepribadian. Bandingkan saja Self dengan matahari dalam tata surya kita sumber dari segala energi bagi keseluruhan sistem. Jika Ego adalah bumi, maka self adalah matahari.
Self adalah kecenderungan warisan untuk bergerak menuju pertumbuhan penyempurnaan dan perlenkapan self paling komprehensif dari semua arketipe dan bisa dibilang self adalah arketipenya karena self lah yang mendorong semua arketipe lain dan menyatukan mereka dalam proses realisasi diri. Self mempunyai simbol tertinggi yaitu mandala, yang digambarkan didalam sebuah kotak persegi, lingkaran didalam sebuah kotak persegi, dan kotak itu berada di lingkaran yang lebih besar mandala mepresentasikan perjuangan bawah sdar kolektif menuju kesatuan keseimbangan dan kemenyeluruhan keseimbangan ditunjukan antara alam sadar dan self total yang idealistik. Banyak orang memiliki kesadaran berlebihan karena hilangnya”pertikan jiwa” kepribadiannya. Artinya mereka gagal menyadri kekayaan dan fitalitas alam bawah sadar personal mereka, khususnya alam bawah sadar kolektif mereka disisi lain manusia yang terlalu diperkuat oleh alam bawah sadar sering kali menjadi patologis, dengan kepribadian yang bersifat satu sisi saja.
Meskipun self hampir tidak pernah seimbang secara sempurna. Setiap orang memiliki dialam bawah sadar kolektifnya, sebuah konsep mengenai self yang satu dan sempurna mandala mempresentasikan diri yang sempurna, arketipe mengenai keteraturan, kesatuan, dan totalisasi. Karena realisasi diri melibatkan kelengkapan dan direpresantasikan oleh simbol kesempurnaan yang sama (mandala) yang terkadang menandakan keilahian. Dibawah alam bawah sadar kolektif, self kadang berbentuk yesus kristus, sang Buddha, sang krisna, atau figur ilahiah lainnya. Secara historis manusia menghasilkan mandala dalam jumlah tak terhitung tanpa pernah memahami arti penting sepenuhnya.
Ringkasnya  self mencakup jiwa sadar dan bawah sadar, dan dia menyatukan elemen-elemen psike yang bertentangan(laki-laki vs perempuan, baik vs jahat, terang vs gelap) yang sering direpresentasikan oleh Yin dan Yang.



B.     DINAMIKA KEPRIBADIAN
1.      Kausalitas dan Teleologi
Motivasi berasal dari masa lalu dan tujuan teleologis. Kausalitas berisi keyakinan bahwa peristiwa masa kini memiliki asal usul pengalaman sebelumnya. Freud sangat meyakini dan berpegang pada kausalitas, namun Jung tidak sependapat pada Freud, karena Jung berpendapat bahwa teleologis juga mengambil tempat dalam mempengaruhi motivasi. Teleologis berisi keyakinan bahwa peristiwa masa kini dimotivasikan oleh tujuan dan aspirasi kedepan yang mengarahkan tujuan seseorang.
Jung mempunyai pandangan yang sama terhadap mimpi yang berasal dari pengalaman masa lalu. Namun Jung juga menambahkan bahwa mimpi dapat membantu orang dalam menentukan masa depan seseorang.

2.      Progresi dan Regresi
Progresi adalah bagaimana cara seseorang beradaptasi kepada dunia yang melibatkan aliran maju energi psikis. Sedangkan Regresi adalah cara seseorang beradaptasi yang menggunakan aliran maju energi psikis. Regresi menggunakan psike yang tidak disadari. Jika dipergunakan sendiri-sendiri maka tidak mampu menyelesaikan masalah, namun jika keduanya digunakan bersama-sama dan dioptimalkan, maka akan mengaktifkan proses perkembangan pribadi yang sehat.
Dalam hidup Jung pada masa paruh baya, regresi mendominasi hidupnya ketika progresi hampir berhenti. Ia lebih menghabiskan energi yang dimiliki untuk mengenali psikenya yang tidak disadari. Jung meyakini bahwa langkah regresif dibutuhkan untuk menciptakan sebuah kepribadian yang seimbang dan tumbuh menuju perealisasian diri.





C.     PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Jung berkeyakinan bahwa kepribadian berkembang melalui serangkaian tahapan yang memuncak pada individuasi atau realisasi diri. Pada usia 35-40 tahun seseorang memiliki kesempatan untuk menyatukan beragam aspek kepribadian dan mencapai realisasi diri. Tapi pada usia itu juga seseorang rentan untuk mengalami kemerosotan. Jung membagi tahap Perkembangan menjadi:

1.      Masa Kanak-kanak
Subtahapan masa kanak-kanak:
·         Fase Anarkis (0 sampai 6 tahun), mempunyai ciri-ciri kesadaran yang khaos dan sporadif. Pengalaman fase anarkis kadang masuk kedalam kesadaran sebagai gambaran primitif dan tidak dapat diungkapkan verbal secara akurat.
·         Fase Monarkis (6 sampai 8 tahun), memiliki ciri-ciri perkembangan ego  dan oleh permulaan pemikiran logis dan verbal. Anak mulai melihat dirinya secara objektif dan menyebut diri mereka sebagai orang ketiga. Meskipun ego dipahami sebagai sebuah objek namun anak belum menyadari dirinya sebagai aktor yang memahami.
·         Fase Dualistik (8 sampai 12 tahun), cirinya yaitu ego yang mulai muncul terbagi menjadi subjektif dan objektif. Anak mulai menyebut dirinya dengan kata ganti orang pertama, dan menyadari bahwa ia berbeda dengan orang lain.

2.      Masa Muda
Masa muda mempunyai periode yaitu mulai dari pubertas sampai paruh baya. Jung berpendapat bahwa masa muda merupakan sebuah periode dimana seseorang seharusnya meningkatkan  aktivitas, mengalami kematangan seksual, dan dapat menempatkan diri di lingkungannya. Kesulitan pada fase ini adalah dalam mengurangi kecenderungan alamiah untuk mengandalkan kesadaran sempit kanak-kanak agar terhindar dari masalah yang terus mengganggu seumur hidup. Terkadang seseorang mengalami suatu keadaan dimana ia merasa bahwa ia ingin kembali ke masa lalu saat masalah tidak datang menghampirinya, ini disebut prinsip konservatif.

3.      Paruh Baya
Jung mengatakan bahwa masa paruh baya adalah seseorang yang berumur sekitar 35 sampai 40 tahun. Jika orang paruh baya mempertahankan moral dan nilai sosial hidup mereka yang sebelumnya maka ia akan sulit dalam mempertahankan daya tarik fisik dan ketangkasan mereka. Orang yang menjalani masa muda mereka tanpa nilai kanak-kanak ataupun nilai masa muda akan siap menghadapi dan mengembangkan kehidupan pada masa paruh baya. Mereka sanggup menyerahkan tujuan ekstraversi masa muda  dan bergerak kearah perluasan kesadaran secara introversi.

4.      Usia Senja
Pada tahap ini manusia mengalami penyusutan kesadaran, mereka cenderung merasa takut akan kematian. Pada tahap ini menggunakan interpretasi mimpi, mimpi orang-orang tua biasanya dipenuhi simbol kelahiran kembali, seperti perjalanan panjang atau perubahan dalam lokasi. Simbol yang muncul pada mimpi tersebut digunakan oleh Jung untuk menentukan sikap bawah sadar terhadap kematian.

5.      Realisasi Diri
Realisasi diri (individuasi) atau kelahiran kembali secara psikologis adalah proses untuk menjadi seorang individu atau pribadi seutuhnya. Realisasi diri menginterpretasikan kutub-kutub yang berlawanan pada individu yang homogen yang dipelajari pada psikologi analitik. Orang yang telah melalui proses menjadi diri sendiri, sudah mencapai realisasi diri, mengurangi persona, mengetahui anima dan animusnya, serta mampu menyeimbangkan introversi dan ekstraversi.
Menguasai alam bawah sadar adalah proses yang sangat sulit terutama dalam menghadapi shadow untuk menerima sifat-sifat pada dirinya. Proses ini tidak akan bisa sempurna apabila seseorang masih mengedepankan ego  yang dominan terhadap kepribadiannya. Orang yang berhasil sampai pada tahap realisasi diri tidak didominasi oleh proses bawah sadar atau ego alam sadarnya, namun ia sudah bisa menyeimbangkan semua aspek kepribadian dalam dirinya.
Manusia yang berhasil memasuki tahap ini sanggup mengembangkan dunia eksternal maupun internal. Mereka dapat menyambut gambaran-gambaran bawah sadar mereka tersebut ketika muncul dalam mimpi dan refleksi introspektif mereka.


D.    TIPE-TIPE KEPRIBADIAN
1.      Sikap-sikap Kepribadian
Menurut Jung, sikap adalah kecenderungan untuk beraksi bahkan kearah yang khas. Setiap orang memiliki kecenderungan untuk bersikap kearah introversi sekaligus ekstraversi. Kedua sikap tersebut mendukung terbentuknya hubungan yang kompensatoris satu sama lain, hubungan ini dapat digambarkan sebagai Yin dan Yang.

a.       Orientasi Ekstrover (E)
Ekstrover adalah suatu kecenderungan yang mengarahkan kepribadian lebih banyak ke luar daripada ke dalam diri sendiri. Seorang ekstrover memiliki sifat sosial, lebih banyak berbuat daripada berkontemplasi (merenung dan berpikir). Ia juga adalah orang yang penuh motif-motif, yang dikoordinasi oleh kejadian-kejadian eksternal (Chaplin,1975:170).
Ekstrover diberi ciri sebagai kecenderungan pada objek-objek dari luar diri suatu kesiapan untuk menerima kejadiankejadian luar, suatu keinginan untuk mempengaruhi dan dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi sekitar, suatu kebutuhan untuk terlibat, punya kapasitas untuk bertahan, menikmati kesibukan, dan setiap macam keributan disekitarnya. Jung percaya bahwa perbedaan tipe kepribadian manusia dimulai sejak kecil.
Standar moral dunia luar sangat berpengaruh bagi seorang ekstrover. Kapasitas dan kecenderungan untuk menyesuaikan diri dan mencocokkan diri dengan kondisi dunia liuar merupakan kekuatan, sekaligus keterbatasannya. Kecenderungannya ke dunia luar sangat kuat. Ekstrover merupakan aset objektif dalam situasi sosial dan dalam menjawab tuntutan-tuntutan dari luar.
Bentuk neurotik yang sering diderita orang ekstrover adalah histeria. Hal ini terjadi sebagai identifikasi objektif dengan pribadi-pribadi dalam lingkungan yang dekat dan sebagai suatu penyesuaian diri terhadap banyak kondisi eksternal yang perlu ditiru. Histeria neurotik mulai sebagai pernyataan berlebihan dari seorang berkarakter ekstrover, lalu semakin rumit lewat reaksi-reaksi kompensasi dari ketidaksadaran (unconcious). Penyesuaian seorang ekstrover pada realita objek menghalangi secara efektif impuls-impuls subjektif untuk mencapai kesadaran.
Semakin banyak kebutuhan subjektif ditekan atau diabaikan maka bangunan energi unconcious bekerja untuk merusakkan perilaku concious. Egoisme, infantilisme, dan primitifisme, normalnya merupakan suatu kompensasi yang sehat dan relatif tidak berbahaya. Perilaku kompensasi dari unconcious bertujuan untuk menjaga keseimbangan psikis.
Suatu contoh dari perilaku infatilisme unconcious orang bertipe perasa ekstrover adalah punya hubungan dekat dengan orang lain. Kadang kala orang bertipe ini menyampaikan pendapatnya pada suatu hal dengan cara yang kurang teratur. Perilaku menyimpang ini karena inferioritas thinking (pemikiran yang kurang mantap).
Jung mengamati bahwa observer judgement (pemikir atau perasa) cenderung menggunakan karakter concious, sementara observer perception (pengindra atau intuitif) akan lebih banyak dipengaruhi karakter unconcious.

b.      Orientasi Introver (I)
Introver adalah suatu orientasi ke dalam diri sendiri. Secara singkat seorang introver adalah orang yang cenderung menarik diri dari kontak sosial. Minat dan perhatiannnya terfokus pada pikiran dan pengalamannya sendiri. Jung mengemukakan orang introver memfokuskan libidonya kedalam, dan tenggelam ke dalam diri sendiri, khususnya pada saat mengalami ketegangan dan tekanan batin.
Pada dasarnya, concious seorang introver tentang kondisi-kondisi eksternal dapat disadari dengan baik sekali. Jung menguraikan perilaku introver sebagai orang pendiam, menjauhkan diri dari kejadian luar dan tidak mau terlibat dengan kejadian objektif, tidak senang berada di tengah orang banyak, merasa kesepian dan kehilangan ditengah kerumunan orang banyak.
Seorang ekstrover melihat introver sebagai seseorang yang kurang sosial, tidak mampu menyesuaikan diri dengan dunia luar, demikian juga orang introver menilai orang ekstrover sebagai orang yang dangkal, refleksinya kurang dalam, tidak mampu masuk ke dalam diri sendiri.
Salah satu tranda introver pada diri seseorang adalah reflektif, bijaksana, tenggang rasa, pemalu dan bahkan takut pada objek baru. Ciri introver yang tampak dalam diri orang dewasa adalah kecenderungan menilai rendah hal-hal orang lain, sekedar untuk menghindari bobot kepentingan mereka.
Walaupun Jung mengakui adanya keganjilan-keganjilan (peculiarities) psikologis dari introver, khususnya yang berhubungan dengan ekstrover, ia juga menemukan orang introver juga tidak kurang motivasi sosialnya.

2.      Fungsi-fungsi Kepribadian
Introversi maupun ekstraversi yang berkombinasi dengan satu atau lebih fungsi psikologis akan membentuk delapan orientasi tindakan. Definisi empat fungsi:
·         Mengindra, memberi tahu manusia sesuatu itu eksis,
·         Berpikir, memampukan mereka menyadari maknanya,
·         Perasaan, memberi tahu mereka nilai atau harganya,
·         Intuisi, membuat mereka tahu sesuatu tanpa mereka ketahui bagaimana mereka bisa mengetahui sesuatu tersebut.

a.       Fungsi Pengindra (S)
Orang yang  berfungsi pengindra umumnya percaya, menghargai, mengarahkan energi pada saat sekarang dan disini. Shadow (sisi gelap) dari orang pengindra menurut Jung adalah bahwa ia kurang memiliki gambaran secara menyeluruh tentang suatu hal. Kurang melihat konsekuensi masa depan dan kemungkinan adanya agenda yang tersembunyi yang menyebabkan adanya tindakan kurang bijaksana dan pandangan yang kurang luas. Walaupun ada sisi gelapnya, orang berfungsi pengindera umumnya dikenal sebagai orang yang sangat baik dalam hidup komunitas, memiliki “rasa kebersamaan” (common sense). Rasa kebersamaan ini tumbuh secara alamiah lewat perhatian yang tetap terhadap seluk beluk fakta. Orang yang berfungsi pengindera juga dianugerahi cinta akan kehidupan yang rutin. Ia menemukan kesenangan di dalam hal-hal khusus “saat sekarang”. Ia mencintai matahari terbenam bukan sebagai suatu mimpi, tetapi Karena keindahan warna yang ada dalam matahari itu sendiri. Kesenangan akan apa yang terjadi saat sekarang ini dapat membawa frustasi bagi orang pengindera apabila ia terpaksa harus mengikuti ceramah atau pertemuan, sementara ia harus mengabaikan pertandingan sepak bola atau tinju di TV.
Orang berfungsi pengindera percaya pada data sekarang dan masa la mpau sebagai penentu kegiatannya. Kalau masa lampaunya kurang baik maka sulit untuk membujuk mereka mengambil resiko terhadap petualangan yang sama di saat sekarang dan masa depan. Asimilasi dari pengalaman masa lampau sebagai suatu bagian esensial dari bank data pribadi.

b.      Fungsi Intuitif (N)
Intuitif adalah suatu jalan merasakan, cara membawakan informasi kepada budi dan jiwa. Intuitif adalah juga suatu kemampuan/kualitas yang sering ditampilkan para tukang sihir, orang-orang kreatif dan para nabi. Fungsi intuitif menurut Jung adalah suatu fungsi merasakan, suatu fungsi yang muncul dengan sendirinya secara alamiah seperti fungsi pengindra. Fungsi ini digerakkan dari alam tak  sadar (unconscious) manusia. Fungsi pengindera dan fungsi intuitif bekerja dalam setiap pribadi manusia, namun salah satunya lebih kuat, lebih dominan, lebih jelas, lebih alamiah muncul dalam perilaku hidup setiap hari. Individu yang menggunakan fungsi intuitif sebagai pola menerima informasi akan menggunakan indera-indera sadarnya, dalam belajar tentang dunia, namun apabila individu itu ditanya bagaimana ia sampai tahu segala yang telah ia ketahui maka ia sendiri akan heran dengan segala yang ia ketahui dan alami. Bila ia membaca cerita atau novel, ia tidak akan begitu yakin akan karakter para tokoh, bagaimana gambaran mereka, dan di mana mereka hidup. Tetapi ia akan lebih tertarik dengan spekulasi tentang mengapa para pelakon tinggal di tempat tertentu itu, apa yang akan terjadi berikutnya, apa yang akan terjadi bila situasi akan berubah.
Orang yang ekstrem intuitif kadang lupa waktu dan punya orientasi yang kuat pada masa depan (future oriented). Orang intuitif sangat optimis, dan punya antusiasme yang tinggi.
Orang intuitif sangat optimis dan punya antusiasme yang tinggi. Ia sangat gandrung berbicara mengenai proyek baru, rencana baru, dan kadang gampang mempengaruhi orang lain, namun ia gampang pindah ke proyek baru sebelum melaksanakan yang lama.

c.       Fungsi Berpikir (T)
Orang berfungsi berpikir umunya bekerja atas dasar logika, objektivitas dan bermental analitis. Hukum disusun berdasarkan fungsi perasa yang diciptakan berdasarkan sistem nilai dan kehidupan bersama. Namun ketika hukum dilanggar, fungsi berfikirlah yang akan menjadi penggagas dan penduga.
Berpikir termasuk juga dalam fungsi penilai yang didasarkan pada logika. Orang yang berpikir biasanya impersonal, sangat menjunjung tinggi logika, berusaha menemukan kriteria objektif sebeluim menemukan sesuatu. Mereka adalah orang yang mampu bernegoisasi, sangat tekun dengan kerjanya dan suka menganalisis. Mereka sulit mengungkapkan perasaan, khususnya mereka bertipe berpikir introvert. Dalam pekerjaan, mereka umumnya kurang emosional, kurang tertarik pada perasaan orang lain, kadang menyakiti orang lain tanpa mereka sadari, senang membuat analisis dan mengatur segala sesuatu dalam keadaan yang teratur, senang memutuskan sendiri dan kadang kurang memperhatikan keinginan orang lain, cenderung memiliki hubungan baik hanya dengan orang yang punya paham berpikir sama, kadang tampak berhati keras. Dalam pergaulan orang berfungsi berpikir umumnya tampak dingin, menekan emosi, kadang melakukan permainan yang kurang adil, membutuhkan system yang teratur dalam hidupnya, cenderung mengkritik sebagai jalan menuju perkembangan hidup.

d.      Fungsi Perasa (F)
Fungsi perasa adalah proses rasional yang mebuat keputusan atas dasar sistem nilai. Proses itu akan mengalami kesulitan ketika nilai-nilai kehidupan itu agak kabur dan saling bertentangan. Misalnya, ada pandangan bahwa tidak baik kalau memenjarakan orang seumur hidup. Tetapi nilai lain yang perlu diperhatikan bahwa membunuh itu tidak baik, manusia harus dilindungi dari perbuatan salah itu. Kalau pembunuh itu diadili maka tiga kata penting yang akan muncul adalah hukuman mati, hukuman seumur hidup, atau dibebaskan. Keputusan pertama dan kedua tentu berlawanan dengan keinginan orang berfungsi perasa karena tidak manusiawi, tetapi kalau dibebaskan maka itu tidak adil bagi masyarakat. Di sini ada pertentangan nilai. Karena itu tidaklah gampang orang perasa untuk memutuskan. Situasi konflik ini sering membuat orang perasa mengalami stress dan sakit. Namun dipihak lain, bila orang perasa yakin akan nilainya, maka ia akan sangat yakin pula dalam membuat keputusan. Salah satu kebaikan dari fungsi ini yakni mereka mempunyai kemampuan untuk mengerti perasaan-perasaan orang lain. Kemampuan empati ini diakui dan disadari oleh fungsi-fungsi lain, walau sangat sulit bagi orang berfungsi berpikir untuk memahaminya. Fungsi perasa sangat membutuhkan harmonisasi. Kebutuhan ini begitu kuatnya sehingga kadang mereka sangat hati-hati dalam membaca kebutuhan dan perilaku orang lain. Ia berusaha menghindari pertentangan, terkadang sulit untuk menerima kritik, cenderung selalu setuju dengan orang lain. Bagi dia percaya pada orang lain adalah jalan terbaik. Sangat sulit baginya untuk mengurus bisnis, kadang sulit mengungkapkan pikirannya secara logis, bahkan kadang terkesan semrawut.

e.       Fungsi Penilai (J)
Seorang fungsi penilai memiliki karakter yang sistematis, rapi, kurang luwes, berkesan maju, bertanggung jawab dan tegas. Ia mempunyai rencana yang jelas, namun pendirian yang keras, gemar membuat keputusan, senanga kalau segala sesuatu berjalan lancer atau selesai padfa waktunya. Ia terkesan kurang luwes, mempunyai keinginan untuk memiliki banyak, memiliki kepribadian yang kuat, selalu berusaha untuk menyelesaikan pekerjaan yang dipercayakan kepadanya, dan punya tanggung jawab yang sangat tinggi. Kadang kurang sabar, tidak mengganggu pekerjaan yang sedang berjalan walau urgen sekalipun, kadang tidak memperhatikan hal baru yang perlu diselesaikan juga.
Kelemahannya adalah kaku, ortodoks, rule oriented, dan terlalu cepat memutuskan sesuatu.

f.       Fungsi Pengamat (P)
Karakter orang pengamat adalah toleran, terbuka, gampang menyesuaikan diri, sangat mengerti orang lain, spontan, luwes, dan punya semangat ingin tahu yang tinggi. Ia memiliki spontanitas yang tak terduga, sangat toleran dan memiliki hidup yang optimis. Prestasi merupakan prioritas dalam hidupnya, karena itu ia ingin tahu dan berusaha untuk menemukan keinginannya dalam segala macam situasi. Ia bukanlah orang yang suka mengadili orang lain, sebaliknya menerima orang lain apa adanya.
Kelemahannya adalah suka menunda keputusan dan terkadang sampai tidak ada keputusan, penampilannya tidak selalu rapi dan kurang terorganisasi, dan kadang terlambat menanggapi situasi. Ia sangat baik dalam menyesuaikan diri dengan perubahan situasi, ingin mengetahui banyak hal tentang suatu kerja, ingin dan senang dengan hal baru, baik itu menyangkut barang situasi maupun orang. Kelemahannya dalam kerja adalah membiarkan segalanya terbuka bagi orang lain, mengalami kesulitan dalam membuat keputusan, cenderung memulai banyak hal tetapi sulit menyelesaikan semuanya, cenderung menunda pekerjaan yang kurang menyenangkan.


E.     METODE INVESTIGASI JUNG
Jung beranggapan bahwa studi mengenai kepribadian tidak hanya terpaku pada satu bidang ilmu, namun keseluruhan pribadi bisa dipahami hanya dengan mengejar dimana pengetahuan tersebut muncul. Jung menegaskan psike tidak dapat dipahami oleh akal saja melainkan harus disertai oleh seluruh kepribadian.

1.      Tes Asosiasi Kata
Tujuan awal penggunaan tes asosiasi kata adalah untuk membuktikan validitas teori Freud yang menyatakan bahwa alam bawah sadar aktif sebagai proses yang otonom. Dasar tes asosiasi adalah prinsip bahwa kompleks-kompleks menciptakan respons emosional yang bisa diukur.
Dalam tes, Jung memberikan daftar pertanyaan sekitar 100 stimulus yang dipilih dan disusun untuk menghilangkan reaksi emosi yang tidak diinginkan. Tipe reaksi tertentu dapat menunjukkan bahwa kata stimulus sudah menyentuh suatu kompleks. Salah satu atau kombinasi respons yang muncul mengindikasikan bahwa sebuah kompleks telah terjadi.



2.      Analisis Mimpi
Jung sependapat dengan Freud tentang teorinya mengenai mimpi memiliki makna dan dianggap serius, juga mengenai mimpi itu berasal dari alam bawah sadar seseorang. Namun Jung tidak sependapat oleh teori Freud yang menyatakan bahwa hampir semua mimpi adalah pemenuhan harapan dan simbol mimpi yang muncul adalah interpretasi seksual.
Mimpi adalah upaya bawah sadar manusia untuk mengetahui yang tidak diketahui. Tujuan interpretasi mimpi Jung adalah menyingkapkan elemen alam bawah sadar personal dan kolektifnya. Mimpi sering berupa kompensasi, maksudnya perasaan dan sikap yang tidak terekspresikan akan terlihat melalui proses mimpi. Jika kehidupan alam sadar seseorang tidak lengkap dibidang tertentu maka self bawah sadar seseorang akan berjuang untuk menyelesaikan kondisi tersebut lewat proses mimpi. Mimpi tertentu menawarkan bukti bagi keberadaan alam bawah sadar kolektif.
Jenis mimpi berdasarkan analisis Jung yaitu mimpi besar yang memiliki makna istimewa bagi semua orang,  mimpi tipikal yang umum bagi kebanyakan orang, dan mimpi paling awal yang bisa diingat.

3.      Imajinasi Aktif
Tujuan Jung menggunakan teknik imajinasi aktif adalah menyingkap imaji arketipal yang muncul dari alam bawah sadar. Teknik ini memiliki keuntungan lebih dari analisin mimpi karena gambarannya dihasilkan selama kondisi jiwa yang sadar sehingga menjadikan gambaran tersebut lebih jelas dan tereproduksi. Jung juga mempergunakan teknik ini untuk meneliti dirinya sendiri.


4.      Psikoterapi
Identifikasi empat pendekatan dasar terapi:
·         Pengakuan tentang rahasia patogenik, metode katarsis. Katarsis sudah cukup bagi pasien yang memerlukan berbagi cerita, unek-unek, dan rahasia mereka.
·         Interpretasi, penjelasan, dan pencerahan. Memberi pasien pemahaman tentang sebab-sebab neurosis mereka, namun tidak mampu membuat mereka dapat menyelesaikan masalah sosial.
·         Mendidik pasien sebagai makhluk sosial. Pendekatan ini sering berhenti hanya dengan membuat pasien bisa beradaptasi baik secara sosial.
·         Transformasi. Tahap ini biasa digunakan pada pasien yang berada di paruh kedua hidup yang mulai resah dengan perealisasian dorongan batinnya dengan masalah moral dan religiusnya, dan dengan menemukan filsafat hidup yang dapat menyatukan kepribadiannya.


F.      RISET-RISET MENGENAI TEORI JUNG
Dalam Journal of Psychological Type riset-riset yang menggunakan teori sikap dan fungsi psikologis Jung. Diantaranya adalah indicator Myers-Briggs terhadap dua disiplin  akademis, yaitu teknik dan keguruan.
1.      Minat kepada teknik dan DO-nya mahasiswa teknik
Penurunan minat pada teknik sudah menjadi persoalan akut karena hampir 50% mahasiswa yang mengambil kuliah itu ternyata tidak lulus. Dua penjelasan yang paling mungkin adalah performma yang buruk dalam “memahami” kuliah dan penyesuaian diri yang buruk dengan cara kerja insinyur. Dalam sebuah studi di Journal of psychological Type (Thomas, Benne, Marr, Thomas &  Hume, 2000) telah menguji apakan tipe dan kecocokan kepribadian dapat memprediksi minat kepada teknik dan DO-nya mahasiswa teknik dari Fakultas Teknik Georgia Tech. Peneliti mengumpulkan 195 mahasiswa (72% laki-laki) dari jurusan yang terkenal “paling banyak men-DO mahasiswa” (jurusan listrik dan magnetisme), sementara 30% mahasiswa lainnya banyak menerima nilai dibawah C. para mahasiswa menyelesaikan Myers-briggs Type Indicator (MBTI) di sebuah sesi laboratorium. Thomas dkk. Memprediksi apakah skor MBTI akan berkaitan dengan skor pada ujian akhir, tingkat kelulusan, dan penarikan diri dari kuliah.
Hasilnya menunjukkan bahwa secara keseluruhan, kelompok mahasiswa memiliki nilai tinggi dalam skala Berpikur (75%), Introversi (57%), dan Penilaian (56%). Mahasiswa yang mengundurkan diri memiliki skor tinggi dalam skala Ekstraversi dan Perasaan. Tipe kepribadian tidak mempengaruhi kelulusan kuliah. Mahasiswa DO memiliki tipe kepribadian yang bertolak belakang dengan mereka yang berminat memasuki kuliah teknik. Hasil ini mendukung teori kepribadian yang kongruen atau cocok dengan suatu organusasi, dan menyatakan bahwa mereka yang dapat menjalani profesi tertentu dengan baik adalah mereka yang tipe kepribadiannya paling dekat kemiripannya dengan mereka yang sudah menjalani profesi tersebut (Schneider, 1987).

2.      Tipe kepribadian dan minat mengajar
Apakah jenis kepribadian yang paling cocok dengan profesi mengajar?
Penelitian menggunakan indicator Myers-Briggs secara konsisten membuktikan bahwa secara umum, ekstraversi (E), pengindraan (S), perasaan (F), dan penilaian (J) adalah dimensi kepribadian yang palingb umum diantara guru dan para calon guru. Kombinasi SJ biasanya dimiliki para pendidik K-12. Tipe penginderaan bersifat praktis, teratur, dan konkret, sedangkan tipe penilaian penuh dengan perencanaan, terorganisasikan dan lebih banyak dituntun oleh jadwal dan rutinitas yang ditargetkan.
Delight Willing, Kristin Guest, dan John Morford (2001) melakukan sebuah studi yang menguji tiga pertanyaan mengenai tipe kepribadian dari minat mengajar:
1.      Apakah guru memang berbeda dari populasi pada umumnya?
2.      Apakah guru magang berbeda dengans guru tidak magang?
3.      Apakah guru yang langsung menjalani pelatihan mengajar berbeda dari guru yang menunda dulu pelatihan mengajar setahun atau lebih?
Para partisipan adalah para mahasiswa magang dan sudah menerima pelatihan untuk menjadi guru. Pertama, para peneliti menggunakan indicator Myers-Briggs untuk membandingkan para pendidik dengan populasi pada umumnya. Hasil menunjukkan bahwa para mahasiswa magang ini (jika dibandingkan dengan mnorma-norma populasi yang tercantum dalam manual MBTI) jauh lebih tinggi dalam skor intuisi dan perasaan. Partisipan magang ini juga jika dibandingkan dengan guru-guru yang tidak magang, lebih ekstrover dan intuitif. Akhirnya, mahasiswa yang menunda pelatihan guru tampaknya lebih intuitif ketimbang mahasiswa yang langsung menjalani pelatihan guru.
Hasil dari studi terhadap insinyur dan guru ini dapat menjadi sumber informasi yang berharga bagi penentuan minat kuliah mahasiswa baru agar dapat membawa kepuasan karier di masa depan.


  1. KRITIK TERHADAP JUNG
Tulisan-tuisan Jung dapat memuaskan para siswa kemanusiaan. Selain kualitas subjektif dan filosofinya, psikologi Jungian telah menarik minat banyak kalangan entah dari para professional maupun orang biasa. Studinya mengenai agama dan mitologi mungkin memuaskan beberapa pihak namun ada pihak lain yang tidak puas. Namun begitu, Jung menganggap dirinya lebih sebagai seorang ilmuwan dan menegaskan bahwa studi ilmiahnya tentang fantasi-fantasi agama, mitologi, dongen rakyat, dan filsafat tidak lantas menjadikan dirinya seorang mistikus, sama seperti studi Freud tentang seks yang tidak menjadikannya sebagai pemuja seks.
Meskipun begitu, psikologi analitis harus dievaluasi menurut enam kriteria teori yang berdaya guna.
Pertama, sebuah teori yang berdaya guna harus sanggup membangkitkan hipotesis yang dapat diuji dan dapat digunakan dalam riset dskriptif.
Kedua, teori harus sanggup diverivikasi atau difalsifikasi. Sayangnya, teoori Jung hampir mustahil diverivikasi. Alam bawah sadar kolektif sebagai inti teori Jung masih menjadi konsep yang sulit untuk diuji secara empiris.
Sebagian besar bukti bagi konsep arketipe dan alam bawah sadar kolektif hanya berasal dari pengalaman-pengalaman batin Jung sendiri, yang tampaknya dia sendiri kesulitan utuk bisa mengkomunikasikan dengan orang lain, sehingga penerimaan terhadap konsep-konsep ini lebih didasarkan pada kepercayaan para pembacanya daripada bukti empiris. Jung mengklaim bahwa “pernyataan-pernyataan arketipal dilandaskan kepada prakondisi-prakondisi instingtif dan tidak berkaitan dengan penalaran; mereka tidak dilandaskan secara rasional maupun dapat dilenyapkan dengan argument rasional.” Pernyataan seperti ini mungkin bisa diterima oleh seniman atau teolog namun, tidak bisa memikat para peneliti ilmiah yang harus menghadapi masalah-masalah dari perancangan studi dan perumusan hipotesis yang konkret.
Disisi lain, bagian teori Jung yang membahas klasifikasi dan tipologi, yaitu berbagai fungsi dan sikap psikologis, dapat dipelajari dan diuji, dan sanggup membangkitkan sejumlah riset dalam tingkatan yang moderat. Karena MBTI telah memicu sejumlah besar penyelididkan, kita memberikan teori Jung rating moderat pada kemampuannya membangkitkan riset.
Ketiga, teori yang berdaya guna harus dapat mengorganisasikan observasi-observasi sehingga menjadi sebuah kerangka kerja yang bermaksna. Psikologi analitik ini cukup unik karena dapat menambahkan satu dimensi baru bagi teori kkepribadian yang disebut alam bawah sadar kolektif. Aspek-aspek kepribadian manusia yang berkaitan dengan fenomena okultisme, segala yang misterius dan para psikologi seperti ini tidak pernah disentuh oleh teori-teori kepribadian yang lain. Meskipun alam bawah sadar kolektif bukan satu-satunya penjelasanyang memungkinkan bagi fenomena ini, dan konsep lain dapat mempostulasikan pemahaman yang berbeda tentang hal tersebut namun, Jung adalah satu-satunya teoritisi kepribadian modern yang mengupayakan secara serius untuk memasukkan jangkaun aktivitas yang seluas itu dalam satu kerangka teori tunggal. Untuk alasan ini, kita dapat memberikan rating moderat bagi teori Jung berkat kemampuannya mengorganisasikan pengetahuan.
Keempat, teori yang berdaya guna harus dapat dipraktikumkan.teori tipe atau sikap psikologis dan MBTI telah banyak digunakan oleh para klinisi namun, manfaat psikologi analitis umumnya hanya terbatas pada terapis yang mensyaratkan harus memahami sepenuhnya nada dasar Jungian.

DAFTAR PUSTAKA



Naisaban, Ladislaus.2003. Psikologi Jung: Tipe Kepribadian Manusia dan Rahasia Sukses dalam Hidup. Jakarta: PT. Grasindo.

Feist, Jess & Gregory J. Feist. 2008. Theories Of  Personality. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Friedman, Howard S. & Miriam W. Schustack. Kepribadian: Teori Klasik dan Riset Modern Jilid 1. Jakarta: Erlangga.


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment

saling membangun menuju arah yang lebih baikl